Daerah

Buku 'Gus Sholah Sang Arsitek Pemersatu Umat' Tampilkan Sisi Lain Almarhum

Sel, 2 Februari 2021 | 10:30 WIB

Buku 'Gus Sholah Sang Arsitek Pemersatu Umat' Tampilkan Sisi Lain Almarhum

Peluncuran dan bedah buku 'Gus Sholah Sang Arsitek Pemersatu umat' di Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang. (Foto: NU Online/Syarif Abdurrahman)

Jombang, NU Online
Peringatan setahun wafatnya Pengasuh ke-7 Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur, KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) dilakukan dengan launching dan bedah buku dengan judul 'Gus Sholah: Sang arsitek pemersatu umat'.
 
Bedah buku digelar di Pondok Pesantren Tebuireng dan dihadiri oleh keluarga besar Gus Sholah. Tampak pula di tempat acara Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz dan penulis buku Syaifullah Maksum. Acara dikemas dalam bentuk online.
 
Menurut Syaifullah Maksum, buku ini ditulis dengan menampilkan data dari narasumber yang kompeten. Kehadiran buku ini melengkapi beberapa buku tentang Gus Sholah yang sudah terbit sebelumnya. Selain menulis prestasi dan pemikiran besar Gus Sholah, buku ini juga menampilkan sisi lain dari tokoh yang wafat 2 Februari 2020 lalu ini.
 
"Buku ini ditulis dengan jujur, dengan menampilkan kelebihan dan keunggulan beliau. Namun, itulah menariknya," katanya Selasa (2/2).
 
Ia menambahkan, hal jujur yang ditampilkan dalam buku tersebut antara lain kurang moncernya karier Gus Sholah dalam politik kekuasaan di Indonesia. Gus Sholah pernah terlibat langsung dalam pesta demokrasi lima tahunan berupa pemilihan wakil presiden. Namun, saat itu cucu dari KH Muhammad Hasyim Asy'ari ini kalah.
 
Berpasangan dengan Jendral Wiranto dari Golkar, Gus Sholah kalah dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla yang akhirnya menjadi presiden dan wakil presiden RI 2004-2009.
 
"Dirikan partai tidak sukses, calon wakil presiden juga kalah tapi beliau mewariskan tata cara berpolitik yang baik dan sesuai aturan. Yaitu mundur dari Komnas HAM dan PBNU," imbuh Syaiful.
 
Syaiful menyebutkan, sikap Gus Sholah dalam politik sangat jujur, anti suap, dan anti korupsi. Sifat jujur Gus Sholah ini tergambar dalam kesaksian sejawatnya yang melihat langsung sang teman menolak politik uang.
 
Dalam buku tersebut, Syaifullah juga menulis tentang perubahan sikap dan lingkungan Gus Sholah yang awalnya elitis menjadi lebih merakyat. Sifat elitis ini dikarenakan Gus Sholah yang berprofesi sebagai arsitek banyak bergaul dengan kalangan menengah ke atas.
 
"Awal hidupnya Gus Sholah juga dikenal elitis dan kurang merakyat. Namun, ini berubah hingga beliau wafat banyak memperhatikan kegiatan masyarakat," ujarnya.
 
Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz menjelaskan jika dirinya banyak belajar dari Gus Sholah. Semasa hidupnya Gus Sholah, KH Abdul Hakim menjadi wakil pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng. Sehingga keduanya memiliki kedekatan khusus.
 
"Gus Sholah ini inspirasi dan contoh teladan yang harus kita lanjutkan. Bagi saya, di pesantren ini banyak hal yang dirintis beliau hingga akhir hayat. Tanpa berpikir untuk diri sendiri. Soal keikhlasan," tegas tokoh yang akrab disapa Gus Kikin ini.
 
Baginya, sosok Gus Sholah adalah kepribadian yang mengamalkan ilmu agama dengan baik. Banyak hal yang dilakukannya tanpa berpikir dapat untung rugi. Jika baik, maka dilakukan saja.
 
Oleh karenanya, buku baru tentang Gus Sholah ini bisa menjadi rujukan bagi setiap individu yang ingin lebih jauh mengenal sosok Gus Sholah dari berbagai sisi.
 
"Saya melanjutkan apa yang sudah beliau lakukan. Suatu kebanggaan tersendiri. Suatu fondasi yang harus dilanjutkan oleh seluruh keluarga besar KH Muhammad Hasyim Asy'ari," tandasnya.
 
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Syamsul Arifin