Daerah

Bumtren, Wujud Nyata Tekad Pesantren Bangun Kemandirian Ekonomi 

Rab, 4 Maret 2020 | 02:45 WIB

Bumtren, Wujud Nyata Tekad Pesantren Bangun Kemandirian Ekonomi 

Deklarasi Badan Usaha Milik Pesantren (Bumtren) di Batu, Jawa Timur. (Foto: Istimewa)

Jombang, NU Online
Pesantren terus meningkatkan kerja-kerjanya. Tidak sekadar menyiapkan generasi ahli agama, kini pendidikan non-formal peninggalan para wali itu melebarkan perannya dalam hal membangun kemandirian ekonomi. Badan Usaha Milik Pesantren (Bumtren) adalah salah satu wujud nyata dalam mewujudkan kemandirian ini.

Salah satu penggagas Bumtren, KH Habibul Amin mengungkapkan, badan usaha yang dikelola oleh berbagai pesantren di Indonesia itu belum lama dideklarasikan. Tepatnya pada 29 Februari 2020 di Batu, Jawa Timur.

"Alhamdullillah, Badan Usaha Milik Pesantren telah resmi dideklarasikan bersama dengan pimpinan 15 pondok pesantren," katanya kepada NU Online, Selasa (3/3).

Ke-15 pesantren itu, lanjut dia, adalah pesantren yang selama ini telah mengembangkan berbagai unit usaha, seperti beras organik, budi daya pupuk, peternakan domba, budidaya porang, dan lain sebagainya. "Usaha-usaha yang mereka tekuni sudah berkembang. Bahkan, sudah mampu ekspor," imbuhnya.

Pengasuh Pesantren Fathul Ulum, Desa Gardu Laut, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur ini menambahkan, Bumtren merupakan inisiatif dari bawah dan pesantren untuk menjawab tantangan masa kini dan masa depan.

Ia mengaku, badan usaha ini akan digarap dengan serius agar peran dan fungsinya benar-benar maksimal dirasakan oleh pesantren. Segala kebutuhan penunjang pengembangan usaha itu juga bertahap dioptimalkan. Ke depan, kata dia, badan-badan usaha itu juga akan didirikan di sejumlah pesantren.

"Bumtren Insya Allah akan mulai didirikan secara bertahap dan di bawahnya akan dibentuk PT ataupun koperasi, menyesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pesantren," ungkapnya.
 
Sementara untuk misinya, ia menyebut, bahwa Bumtren setidaknya membawa tiga misi. Pertama, sebagai wadah unit-unit usaha pesantren yang keuntungannya dimanfaatkan untuk memakmurkan pesantren dan unit pendidikan yang dinaunginya, serta terwujudnya kemandirian ekonomi pesatren yang tidak tergantung pada figur.

"Sehingga siapapun pengasuhnya, ekonomi pesatren tetap eksis," tutur Kiai Habib.

Misi kedua, sebagai sarana untuk menyiapkan para santri dengan pengetahuan agama yang mapan dan pengalaman kewirausahaan agar mereka lebih siap di masyarakat setelah lulus dari pondok pesantren.

"Kemudian. misi terakhir sebagai media memberdayakan masyarakat sekitar pondok pesantren agar dapat meningkatkan kesejahteraannya," pungkasnya.
 
Pewarta: Syamsul Arifin
Editor: Musthofa Asrori