Daerah

Buya Sudirman dan Buya Nur Akmal Pimpin NU Lima Puluh Kota

Sen, 16 Mei 2022 | 09:45 WIB

Buya Sudirman dan Buya Nur Akmal Pimpin NU Lima Puluh Kota

Buya Sudirman dan Buya Nur Akmal Pimpin NU Lima Puluh Kota. (Foto: NU Online/Armaidi)

Lima Puluh Kota, NU Online 
Konferensi Cabang (Konfercab) IX Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat menetapkan Buya Sudirman Syair menjadi rais syuriyah dan Buya Nur Akmal sebagai ketua tanfdziyah PCNU Kabupaten Limapuluh Kota masa khidmah 2022-2027.


Keduanya terpilih pada forum musyawarah tertinggi NU di tingkat kabupaten itu pada Ahad (15/5/2022) di Pondok Pesantren Ma'arif Assa'diyah, Kabupaten Limapuluh Kota yang dibuka Ketua PWNU Sumatera Barat Prof Ganefri.


Dalam pemilihan ketua tanfidziyah terdapat empat bakal calon, yaitu Nur Akmal meraih 5 suara, Tommy 1 suara, Wizri Yasir 2 suara dan Memen Efendi 2 suara. Sementara syarat minimal sebagai calon ketua harus mendapatkan 2 suara. Sehingga bakal calon yang memenuhi syarat dukungan suara masing-masing Nur Akmal, Wizri Yasir dan Memen Effendi.


Saat verifikasi administrasi calon ketua, hanya satu orang yang memenuhi yakni Nur Akmal. Setelah mendapatkan persetujuan dari Rais Syuriyah terpilih, Buya Sudirman Syair, Nur Akmal secara aklamasi ditetapkan sebagai ketua tanfidziyah PCNU Kabupaten Limapuluh Kota masa khidmah 2022-2027.


Nur Akmal usai ditetapkan sebagai ketua menyampaikan ucapan terima kasih atas kepercayaan yang diamanahkan pengurus MWCNU di Lima Puluh Kota. "Dengan kebersamaan ke depan mari kita gerakkan dan bangun NU di Kabupaten Lima Puluh Kota. Sehingga NU semakin memberikan manfaat bagi umat dalam mengatasi berbagai masalah keumatan di tengah masyarakat," kata Nur Akmal yang sebelumnya menjabat Katib PCNU Lima Puluh Kota.


Ketua PWNU Sumatera Barat Ganefri dalam sambutannya menyampaikan munculnya kelompok Negara Islam Indonesia (NII) belakangan ini di Sumatera Barat telah mencoreng wajah Sumatera Barat. Ada pihak yang tidak percaya, ada juga yang percaya. Tetapi faktanya terbukti dan terdata bahkan ada yang berasal dari Lima Puluh Koto. Jika hal itu dibiarkan bisa saja Sumatera Barat terpecah belah.


Menurut Ganefri, kehadiran NII jelas mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sedangkan NU dengan prinsipnya tasamuh (posisi di tengah) selalu hadir menjaga keutuhan NKRI. 


"Melihat perkembangan Islam dunia khususnya di Arab. Akibat ego kelompok, paham, dan idealisme banyak terjadi konflik antarkelompok, paham dan idealisme sepihak, bahkan berakhir dengan perang. Kita tidak menginginkan hal tersebut terjadi di negara Indonesia yang kita cintai ini. Karena itu, kita perlu menghargai perbedaan dengan tetap teguh pada akidah Ahlussunnah wal Jamaah," tutur Ganefri yang juga Rektor Universitas Negeri Padang ini.


Dikatakan Ganefri, bangsa Indonesia harus selalu belajar pada pendiri negara NKRI ini. Tidak terkecuali para pendiri NKRI yang berasal dari Sumatera Barat. "Pendiri bangsa ini sangat menghargai perbedaan pandangan, keyakinan, multi budaya sehingga melahirkan Pancasila. Jika Pancasila tidak hadir di tengah-tengah kita, bisa jadi kita sudah lama terpecah belah. Untuk itu, mari kita perkuat pemahaman ideologi bangsa dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat, yakni Pancasila," ajak Ganefri. 


Di bagian lain Ganefri berharap agar kualitas sumber daya manusia di Limapuluh Kota semakin meningkat dan tidak menginginkan anak-anak dari Limapuluh Kota terputus sekolah atau tidak melanjutkan ke perguruan tinggi akibat kekurangan biaya.


"Jika ada anak-anak kita, anak-anak Limapuluh Kota, anak-anak warga bupati Limapuluh Kota yang tidak mampu tapi punya potensi, maka silakan direkomendasikan agar kita bantu mendapatkan KIP kuliah di UNP atau bisa kita arahkan ke Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Sumbar," kata Ganefri.


Sebelumnya, Bupati Lima Puluh Kota Safaruddin Dt Bandaro Rajo dalam sambutannya menyampaikan kebanggaan terhadap organisasi NU yang merupakan organisasi besar dan komitmen berkhidmah untuk umat dan NKRI.


"NU organisasi besar yang berdiri pada tahun 1926. Salah satu tujuan pendirian organisasi yaitu untuk memperjuangkan dan membantu kemerdekaan Indonesia karena pada saat itu Belanda membuat politik pecah belah ulama. Saat ini NU tetap besar dan sudah melakukan khidmahnya di berbagai bidang, baik bidang ekonomi, pendidikan, dan j sosial masyarakat," tuturnya.


Safaruddin juga menyampaikan curahan hatinya, berkaca pada kemacetan yang terjadi saat libur Idul Fitri lalu. "Saya berharap kita semua, masyarakat Limapuluh Kota menyukseskan program nasional pembangunan jalan tol, Padang Pekanbaru, yang melewati Kabupaten Limapuluh Kota. Berkaca pada kemacetan saat libur lebaran, Padang-Bukittinggi ditempuh selama 5 jam," tutur Safaruddin.


"Jika Tol ini sukses dibangun, maka otomatis akan menggerakkan roda perekonomian di Limapuluh Kota. Memang dalam pembangunan jalan tol ini ada lahan masyarakat yang tergusur. Akan tetapi itu mendapatkan penggantian yang bisa dialihkan kepada aset lain. Untuk itu kami mengajak masyarakat membicarakan sehingga pembangunan jalan tol ini dapat terlaksana dengan lancar," terangnya.


Kontributor: Armaidi Tanjung 
Editor: Syamsul Arifin