Daerah

Cara Unik Fatayat NU Badung Bali Jaring Pemudi di Daerah Minoritas

Jum, 22 Juli 2022 | 23:30 WIB

Cara Unik Fatayat NU Badung Bali Jaring Pemudi di Daerah Minoritas

Aktivis PC Fatayat NU Kabupaten Badung Provinsi Bali usai pelantikan. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Menjadi tantangan tersendiri berdakwah di daerah minoritas. Hal ini yang turut dirasakan oleh Ketua Pimpinan Cabang Fatayat Nahdlatul Ulama Kabupaten Badung Provinsi Bali, Indah Fitria Dewi. Ia memiliki cara tersendiri dalam menjaring pemudi untuk bergabung ke Fatayat NU.


“Setiap kali bertemu dengan IPPNU, saya selalu menyapa ‘halo calon Fatayat masa depan’. Setidaknya mereka punya semangat karena sudah diakui terlebih dahulu sebelum bergabung di Fatayat NU,” tutur Fitria, sapaan akrabnya kepada NU Online melalui ponsel, Jumat (22/7/2022).


Fitria mengungkapkan, saat menjaring anggota baru ia kerap berkeliling mendatangi majelis-majelis taklim dengan berbaju seragam Fatayat NU. Tak jarang, di majelis taklim itu dirinya bertemu dengan Ibu-Ibu Muslimat.


“Ada juga yang dari Muslimat NU. Setelah mengetahui ketentuan usianya, mereka lalu berpindah ke Fatayat NU. Karena banyak dari mereka tahunya setelah menikah langsung masuk ke Muslimat NU karena sudah menjadi ibu-ibu, padahal tidak begitu konsepnya,” ungkap Fitria.


Agar diterima, Fitria tetap mengizinkan mereka mengikuti majelis taklim Muslimat NU meskipun sudah bergabung di Fatayat NU. Karena memang Muslimat NU sering mengadakan pengajian yang digemari oleh ibu-ibu.


Ketua PC Fatayat NU termuda di Bali ini juga menuturkan caranya mengedukasi perempuan Nahdliyin terkait keberadaan Fatayat sebagai badan otonom NU.


“Saya sering menjelaskan kalau Fatayat adalah keluarganya NU. Jika bapaknya adalah NU, maka ibunya adalah Muslimat. Kemudian anak pertama lelaki adalah Ansor, kakak perempuannya yaitu Fatayat. Memiliki adik namanya IPNU-IPPNU,” terangnya.


Fitria mengaku selalu mengenalkan dan mengajak untuk bergabung di Fatayat NU melalui lawakan-lawakan ringan. Misalnya tentang sapaan bagi aktivis Muslimat NU dan Fatayat NU.


“Jadi, kalau merasa lebih muda dan tidak mau disapa ‘ibu’ silakan masuk ke Fatayat NU, karena panggilannya sahabati. Saya sering bilang seperti itu agar mudah dipahami mereka,” imbuhnya.


Menurut Fitria, irisan usia perempuan-perempuan Nahdliyin mulai IPPNU, Fatayat NU hingga Muslimat NU jadi tantangan tersendiri. Untuk mengajak kaum perempuan agar mau bergabung butuh penjelasan konkret. Apalagi di daerah minoritas.


“Meski kami minoritas di Bali, alhamdulillah Pemkab Badung sangat menghargai keberadaan keluarga besar NU, sehingga kami selalu diberikan dukungan,” pungkasnya.


Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori