Daerah

Ciri Orang Bertaubat dan Berhalal bi Halal dengan Benar

Rab, 17 Juni 2020 | 06:00 WIB

Ciri Orang Bertaubat dan Berhalal bi Halal dengan Benar

Katib Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung KH Basyaruddin Maisir. (Foto: NU Online/Faizin)

Bandar Lampung, NU Online
Manusia adalah tempat salah dan dosa. Namun Allah juga maha pengampun atas segala dosa. Manusia diberi kesempatan dengan cara bertaubat untuk menebus dan tidak melakukan kembali dosa-dosanya. Jika sudah bertaubat namun masih melakukannya kembali maka sama saja ia telah menghina Allah SWT.


Inilah penegasan Katib Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung KH Basyaruddin Maisir saat memberikan hikmah Halal bi Halal yang diselenggarakan secara virtual oleh Majelis Ulama Indonesia Provinsi Lampung, Selasa (16/6).


Pengasuh Pesantren Al Hikmah Bandar Lampung ini menjelaskan bahwa ada empat ciri orang yang sudah bertaubat dengan benar dan saling memaafkan dengan sesama manusia. Pertama adalah senantiasa menjaga lidahnya dari perbuatan seperti adu domba dan kata-kata yang menyakiti orang lain.


"Yang kedua tidak terlihat kedengkian dalam hatinya. Setelah dia minta maaf, tidak ada dendam," lanjutnya.


Ciri ketiga dari orang yang taubat nasuha (taubat benar) adalah memisahkan diri dari orang-orang yang tidak baik. Artinya ia mencari komunitas dan bergabung dengan orang yang saleh dan memiliki kedekatan dengan Allah SWT. 


Yang keempat, orang yang bertaubat dengan benar selalu ingat dan memiliki kesiapan diri untuk menyambut mati. Kematian adalah sebuah kepastian bagi setiap makhluk yang bernyawa sehingga keteguhan untuk tidak mengulangi dosa bisa diteguhkan dengan kesadaran ini.


"Kita harus siap kapanpun, yang namanya mati pasti akan datang. Kita harus persiapkan dan juga kita menyesali dosa-dosa yang sudah kita lakukan selama ini," ajaknya.

 

 

Melestarikan Halal bi Halal
Untuk terus menghilangkan dosa kepada Allah dan sesama manusia, umat Islam di Indonesia memiliki tradisi yang harus terus dilestarikan. Tradisi yang sering dilakukan pada bulan Syawal ini adalah Halal bi Halal.


"Tradisi ini memang murni tradisi Nusantara. Walau menggunakan istilah bahasa Arab, orang Arab sendiri tidak tahu arti dari Halal bi Halal," ungkap Kiai Maisir.


Ia pun mengajak seluruh umat Islam untuk terus melestarikan tradisi Halal bi Halal ini. Pandemi Covid-19 yang belum mereda sampai saat ini, tidak boleh mengurangi kesemangatan umat Islam untuk menggelar tradisi luhur bangsa ini.


Kebijakan social distancing untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 sudah banyak disikapi dengan Halal bi Halal virtual menggunakan kecanggihan teknologi.


"Tidak terbayang sebelumnya kegiatan Halal bi Halal seperti ini bisa dilakukan. Seperti di akhirat. Walaupun karena pandemi Covid-19 yang sedang mewabah di seluruh dunia tetapi kita masih bisa bertemu seperti ini," kata Ketua Umum MUI Provinsi Lampung KH Khairuddin Tahmid pada acara tersebut.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Syamsul Arifin