Palu, NU Online
Masyarakat Sulawesi Tengah (Sulteng) yang terdampak bencana masih mengalami trauma. Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengirimkan tim ke Palu-Sigi dalam rangka Recoveri Trauma Anak Pasca-Bencana.
KH Jufri, salah satu tim LDNU, mengungkapkan bahwa seyogyanya kegiatan psikososial ini harus terus dibuat berjangka dengan tujuan memproleh informasi perkembangan siswa. Pasalnya, ia melihat konsen kegiatan ini ditujukan untuk anak sekolah dasar terdampak bencana gempa dan tsunami, maka harus ada langkah demi langkah yang ingin dicapainya.
Di beberapa pengungsian maupun sekolah, mereka begitu diharapkan ketika berada di sekolah dikarenakan mayoritas dari mereka masih menginginkan keberlanjutkan kegiatan ini. Hal ini bisa dilihat dan dirasakan sendiri oleh tim LDNU. Menurutnya, keberlangsungan kegiatan psikososial sangat dibutuhkan di wilayah bencana dalam memulihkan trauma gempa yang telah mereka alami.
Senada dengan Kiai Jufri, Abdus Saleh dan Irfan Mufid yang berkecimpung dalam dunia pendidikan mengatakan kegiatan psikosial untuk pemulihan kondisi psikologis anak tidak akan optimal jika hanya dilaksanakan dalam waktu yang sekejap.
"Kegiatan ini seyogyanya masih perlu tindakan lanjutan dalam kegiatan ini. Setidaknya dalam bentuk monitoring terhadap mereka," kata mereka pada Jumat (28/12) lalu.
Sebelumnya, Sri wahyuningsih, Kasubdit Kelembagaan dan Peserta Didik Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar Kemendikbud, menjelaskan saat pembekalan teknis ke para relawan trauma pascabencana di Hall Room LPMP Palu, bahwa program ini sangat penting untuk dilaksanakan.
Hal itu, menurutnya, guna mendukung kebangkitan anak-anak agar dapat kembali ceria dan berani menghadapi segala cobaan kebencanaan seperti gempa yang telah terjadi beberapa waktu lalu, khususnya supaya mereka bisa kembali semangat untuk belajar.
Sementara itu, Farid Bahwerets, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dan Ikatan Guru Indonesia Sulteng menjelaskan, bahwa para relawan diharapkan agar tetap hati-hati dalam melaksakan tugasnya selama di Palu. Sebab, menurutnya, kondisi wilayah Palu masih sangat rentan dan sering terjadi gempa meskipun dalam skala kecil.
"Jangan sampai para relawan psikosial mengalami musibah ataupun hal lainnya yang di luar dugaan kita semua," katanya.
Farid juga sangat berharap bahwa program psikososial yang dilaksanakan ini tidak selesai di sini. Pasalnya, kegiatan ini pada dasarnya perlu adanya tindak lanjut lagi supaya bisa terlihat perkembangan dan juga kesiapan mental mereka (siswa sekolah dasar) untuk tetap bersekolah, baik dalam menghadapi bencana maupun kesiapan menghadapi berbagai musibah yang lainnya. (Syakir NF/Fathoni)