Daurah Ilmiah Sidogiri Dorong Pesantren Pertahankan Nilai Salaf dan Tak Takut Berinovasi
Selasa, 27 Februari 2024 | 21:00 WIB
Pasuruan, NU Online
Islam memiliki konsep dan prinsip yang kuat dan relevan terhadap semua kondisi jaman. Karena itu, umat Islam, khususnya pesantren perlu konsisten memegangi prinsip salaf sambil terus berinovasi sesuai kebutuhan jaman.
Dengan prinsip salaf-inovatif itu, pesantren tidak perlu lagi silau dengan kemajuan modern di dunia barat. Tetapi justru sebaliknya, pesantren harus siap berkompetisi untuk kemajuan peradaban umat manusia.
Demikian kesimpulan Daurah Ilmiah bertajuk Teladan Salaf sebagai Kunci Kemajuan Peradaban yang digelar sebagai rangkaian dari Milad Ke-287 Pondok Pesantren Sidogiri, Jawa Timur, pada Senin (26/2/2024).
Salah satu narasumber Daurah Ilmiah di Pesantren Sidogiri itu adalah Gus Muhammad Idror dari Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Gus Idror menyampaikan pesan Mbah KH Maimoen Zubair mengenai penjelasan salaf.
Gus Idror mengatakan bahwa salaf adalah orang yang masih menjaga tradisi baca kitab, yaitu pesantren. Ia menegaskan, salaf tidak bisa diartikan sebagai orang kuno dan tidak mengerti manajemen.
Baca Juga
Perbedaan Salaf, Salafi, dan Salafiyah
Justru, Gus Idror menekankan bahwa salaf adalah masa keemasan. Jika sebuah peradaban ingin maju, maka harus kembali kepada salaf.
"Oleh karena itu, kesalahan kita pada era modern seperti saat ini, justru karena meninggalkan salaf,” jelas putra bungsu Mbah Maimoen Zubair ini.
Dalam pandangan Gus Idror, santri tidak perlu silau dengan kemajuan Barat, karena mereka hanya unggul dalam hal fasilitas dan kecanggihan teknologi. Sementara kaum santri unggul dalam hal prinsip kehidupan.
Ia mencontohkan, dahulu saat zaman serba keterbatasan, salaf bisa melahirkan ulama-ulama hebat sekaliber Imam Syafi’i dan Imam Ahmad. Sementara hari ini, dengan kemajuan yang ada dan kecanggihan yang semakin berkembang, justru tidak mampu melahirkan orang-orang hebat seperti mereka.
"Karenanya, kita perlu tanamkan kembali, bahwa kita kaum salaf ini unggul dalam esensi spiritual dan moralitas,” tegas Gus Idror.
Pada kesempatan itu, hadir pula Khadimul Majelis Fathimah Karimah, Tangerang, Habib Geys bin Abdurrahman Assegaf sebagai narasumber. Ia memaparkan bahwa santri dan pesantren perlu terus menjaga dan mempertahankan cara pandang salaf warisan ulama terdahulu.
Selain itu, Habib Geys menekankan agar santri terus mengasah kemampuan wawasannya tentang perkembangan di luar. Dengan demikian, santri akan bisa berpikir kritis dan selektif, tidak mudah kagum terhadap konsep baru yang datangnya dari Barat.
Menurut Habib Geys, pembaharuan atau tajdid pada dasarnya telah dimiliki Islam secara dzatiyah, tetapi sering tidak digali dan disadari.
"Kadang kita mengaku orang yang idealismenya salaf, namun secara realitas kita sebenarnya modern. Karenanya, yang terpenting adalah bagaimana cara kita terus berinovasi tanpa meninggalkan jiwa salaf,” tegasnya.
Baca Juga
Perkembangan Salafi di Indonesia
Habib Geys tidak setuju dengan tuduhan cara pandang salaf sebagai anti kemajuan. Ia mencontohkan, kaum Yahudi peradabannya maju berkat para rasul dan nabi yang diturunkan kepada mereka. Namun setelah habisnya masa kenabian, mereka hancur karena meninggalkan budaya salaf mereka.
"Oleh karena itu, tajdid harus terus bergulir, namun harus tidak melenceng dari rel syariat,” tambahnya.
Ketua Panitia Penyelenggara Milad Ke-287 Pesantren Sidogiri Mas Abdul Djalil Sholahuddin menyampaikan rasa terima kasih atas kesedian peserta dalam mengikuti acara Daurah Ilmiah.
Ia menjelaskan bahwa tujuan diselenggarakannya acara Daurah Ilmiah ini adalah sebagai washilah (perantara) untuk mempererat ikatan silaturahim antarpesantren.
"Semoga acara ini dapat memotivasi kita untuk istiqamah meneladani ulama salaf," tambahnya.
Turut hadir Ketua Umum PPS KH Bahruddin Thayyib, Wakil Ketua Panitia Milad Ke-287 Mas Jibril Nawa, Ketua II PPS dan Anggota Forum Musyawarah Keluarga Muda (FMKM) Sidogiri Ustadz A Saifullah Muhyiddin.
Daurah Ilmiah dipandu oleh Ustadz Dairobi Naji dan diikuti oleh delegasi dari pesantren se-Jawa Timur, serta perwakilan Pengurus Wilayah Ikatan Alumni Santri Sidogiri (IASS).
Sebagai tambahan informasi, Milad Ke-287 Sidogiri dan Ikhtibar 88 MMU berlangsung mulai Jumat (24/2/2024) lalu hingga hingga Rabu (28/2/2024) dengan gelaran Shalawatan Sidogirian.
Selain Daurah Ilmiah, telah digelar pula agenda Wisuda Bersama, Bahtsul Masail Wustha, dan diselenggarakan pula malam puncak Milad Ke-287 di Lapangan Sidogiri, pada Selasa (27/2/2024)
Terpopuler
1
Kronologi Penembakan terhadap Guru Madin di Jepara Versi Korban
2
Silampari: Gerbang Harapan dan Gotong Royong di Musi Rawas
3
Sejarah Baru Pagar Nusa di Musi Rawas: Gus Nabil Inisiasi Padepokan, Ketua PCNU Hibahkan Tanah
4
Hukum Mengonsumsi Makanan Tanpa Label Halal
5
NU Peduli Salurkan Bantuan Sembako kepada Pengungsi Erupsi Lewotobi
6
Kekompakan Nahdliyin Inggris Harus Terus Dijaga
Terkini
Lihat Semua