Diklat Jurnalistik, IPNU Gali Sejarah Pondok Pesantren Ma’hadut Tholabah
NU Online · Kamis, 7 September 2017 | 15:07 WIB
Pimpinan Pusat (PP) Ikatan Pelajar Nahdhatul Ulama (IPNU) kembali menyelenggarakan Diklat Jurnalistik Santri Angkatan II bersama Kompas pada Selasa hingga Kamis (5-7/9). Penyelenggaraan pelatihan kali ini terasa istimewa, karena diselenggarakan di pondok tertua di Jawa Tengah, yaitu Pondok Pesantren Ma’hadut Tholabah yang terletak di Babakan Lebaksiu Tegal.
“Dalam kegiatan ini, selain dilaksanakan pelatihan jurnalistik, kita juga ingin menggali budaya pesantren, dan Alhamdulillah kita dapat menggali lebih dalam tentang sejarah dan budaya Pondok Pesantren Ma’hadut Tholabah dapat kita jadikan,” ungkap Imam Fadli, Wakil Ketua Umum PP IPNU yang bertindak sebagai Steering Comitee Diklat Jurnalistik Santri.
Pondok Pesantren Ma’hadut Tholabah Babakan didirikan secara resmi pada tahun 1916 M /1336 H oleh KH. Mufti bin Salim bin Abdur Rahman, seorang ulama asal Desa Balapulang, Kabupaten Tegal.
“Tahun ini Pondok Pesantren Ma’hadut Tholabah memasuki usia yang ke 101 tahun, dimana pengelolanya adalah generasi ke-3 dari keluarga Kiai Mufti,” terang Kiai Nasichun Isa Mufti dalam sambutan pembukaan Diklat Jurnalistik (5/9).
Dalam sejarahnya, pada tahun 1913 M, KH. Mufti merintis pesantren diawali dengan membuka pengajian umum di Masjid Jami’ Dukuh Babakan yang diikuti oleh 12 orang dari lingkungan Babakan. Ketika pengajian sudah berjalan selama 3 tahun dan peserta kegiatan semakin banyak, maka pada tahun 1916 M, KH. Mufti mulai mengembangkan kegiatan keagamaannya.
“Pendirian Pesantren Ma’hadut Tholabah ini ditandai dengan pembangunan sebuah Musholla di ujung selatan pedukuhan Babakan yang merupakan sentral seluruh kegiatan keagamaan yang dipimpin oleh Kiai Mufti. Sejak saat itulah tempat aktivitas keagamaan ini dikenal dan dikukuhkan sebagai Pondok Pesantren Ma’hadut Tholabah,” cerita Kiai Nasichun yang sekarang menjadi Penanggung Jawab Pondok Pesantren Putri Ma’hadut Tholabah.
Saat ini Pondok Pesantren Ma’hadut Tholabah memiliki berbagai kegiatan. Pendidikan formal yang ada di pesantren ini di antaranya MI Islamiyah, MTs Ma’hadut Tholabah, dan MA Ma’Hadut Tholabah. Selain itu, juga ada Pendidikan Non Formal seperti MADIN Islamiyah, MADIN Al-Banat, MADIN Ulya, dan berbagai pengajian kitab yang dilakukan setiap hari di pondok.
“Untuk meningkatkan keterampilan para santri, Pondok Pesantren Ma’hadut Tholabah juga menyelenggarakan kegiatan pelatihan keterampilan, seperti Keterampilan Menjahit, Keterampilan Bahasa Inggris, Keterampilan Bahasa Arab, Komputer, dan Rebana,” terang Kiai Nasichun.
Diklat Jurnalistik IPNU bersama Kompas selalu dilakukan di Pondok Pesantren. Sebelumnya, Diklat Jurnalistik IPNU-Kompas Angkatan I dilaksanakan di Pondok Pesantren Ekonomi Darul Uchwah, Kedoya, Jakarta Barat.
“Kedepan, kita masih akan melaksanakan Diklat Jurnalistik Santri di pondok pesantren di wilayah yang lain. Dengan begitu, selain mendapatkan ilmu jurnalistik, kita juga dapat menggali budaya pesantren-pesantren di Nusantara ini,” tutup Imam Fadli. (Jefri Samodro/Mahbib)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Larangan Pamer dan Bangga dengan Dosa-dosa
2
Khutbah Jumat: Membumikan Akhlak Nabi di Tengah Krisis Keteladanan
3
Pastikan Arah Kiblat Tepat Mengarah ke Ka'bah Sore ini
4
Khutbah Jumat: Sesuatu yang Berlebihan itu Tidak Baik, Termasuk Polusi Suara
5
Trump Turunkan Tarif Impor Jadi 19 Persen, Ini Syarat yang Harus Indonesia Penuhi
6
Khutbah Jumat: Meneguhkan Qanaah dan Syukur di Tengah Arus Hedonisme
Terkini
Lihat Semua