Daerah

Ekonomi Modern Melahirkan Persoalan

NU Online  ·  Rabu, 11 September 2013 | 18:00 WIB

Kudus,NU Online
Dosen Ekonomi Islam STAIN Kudus Abdul Jalil mengatakan, paradigma moderniasai global yang mengusung teori developmentalisme telah melahirkan persoalan-persoalan baru. 
<>
Ia mengatakan hal itu pada seminar Industri Keuangan Non Bank (IKNB) yang diselenggarakan Ma’had Qudsiyah Menara Kudus bekerjasama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di aula Ma’had Desa Kerjasan Kota Kudus,Sabtu (7/9).

Diantaranya, kata Abdul Jalil yang juga pengurus Lembaga Bahstul Masail PBNU yaitu sentralisasi kekuasan, lemahnya posisi rakyat dalam tawar menawar dengan pemerintah, melebarnya jurang kesenjangan sosial, ketimpangan ekonomi pusat daerah, kaya – miskin dan kaum teridik – tak terdidik.

“Dari sini agama yang secara sosial menjadi faktor perubahan, kemudian dipahami tidak sekadar pada dimensi das sein melainkan lebih pada dimensi solen, yakni dimensi empirik yang bisa dilihat dan dirasakan,” terangnya.

Jalil menerangkan sektor ekonomi yang sering dikategorikan sebagai profan, tidak bisa terpisah dari agama. Antara dunia dan akhirat, antara masjid dan pasar tidak berdiri diametral namun berada dalam formasi keseimbangan antara kepentingan akhirat, dunia, kepentingan sosial dan ekosistem.

“Oleh karenanya, prilaku ekonomi umat perlu dilandaskan ada ketakwaan atau sesuai aturan yang telah digariskan pencipta rizki (Allah). Dimana aturan ini menghendaki terjadinya transakasi bisnis yang jujur, saling percaya,tulus, bebas manipulasi dan tidak ada pihak yang dirugikan,” tandasnya.

Untuk menghindari kesenjangan sosial karena perbedaan akses terhadap modal, Jalil memberikan solusi penguatan kaum lemah untuk dapat mengembangkan sendiri penghidupannya. Strateginya, menurut dia, mendekatkan kembali sumber-sumber permodalan kepada mereka.

“Bila ini dilakukan, ketergantungan golongan lemah kepada yang kaya atau negara meskipun tidak menyukainya pada akhirnya dikurangi. Disamping itu pula, melakukan regulasi yang menyentuh aspek riil terutama usaha kecil,” terangnya di depan ratusan peserta.

Jalil juga mengimbau menghadapi permasalahan ekonomi, umat islam semestinya menyelesaikannya. Sebagai penduduk mayoritas dipandang mampu menyusun konsep dasar tentang sistem ekonomi yang bisa menjadi alternatif bagi dunia.

Selain Abdul Jalil, seminar ini juga menghadirkan pem bicara lain, yakni Direktur IKNB OJK, Moch Muchlasin, Fahmi Basyah (Wakil Ketua Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia-AASI) dan H Nusron Wahid (Komisi XI DPR RI). (Qomarul Adib/Abdullah Alawi)