Daerah

Festival Ramadhan 2024 di Banda Aceh: dari Kuliner, UMKM hingga Seni Budaya Islam

Sab, 30 Maret 2024 | 11:30 WIB

Festival Ramadhan 2024 di Banda Aceh: dari Kuliner, UMKM hingga Seni Budaya Islam

Salah seorang warga Banda Aceh sedang memasak kanji Rumbi di pelataran halaman Masjid Raya, Banda Aceh paa kegiatan festival Ramadan, Jumat (29/3/2024). (Foto: NU Online/Wahyu Majiah)

Banda Aceh, NU Online

Semarak Ramadan di Banda Aceh tahun ini semakin terasa dengan penyelenggaraan Festival Ramadan 2024. Festival yang berlangsung dari tanggal 28 Maret hingga 1 April 2024 ini menghadirkan berbagai kegiatan menarik, mulai dari kirab Ramadan, bazar UMKM, hingga pertunjukan seni budaya Islam.


Pada hari pertama festival, semarak Ramadan di Banda Aceh langsung terasa dengan dihelatnya kirab Ramadan. Sebanyak 9 kecamatan di Banda Aceh menampilkan mobil hias bernuansa Islami yang berkeliling kota. Kirab ini dilepas langsung oleh PJ Walikota Banda Aceh, Amirudin.


“Kita berharap Festival Ramadan ini bisa menyemarakkan syiar Islam di Kota Banda Aceh dan Aceh pada umumnya,” ujar Amirudin di Banda Aceh, Jumat 29 Maret 2024. 


Ia mengungkapkan, dengan pelaksanaan kirap Ramadan tersebut dapat menjadi daya tarik bagi pengunjung yang datang ke Banda Aceh baik pengunjung lokal hingga mancanegara.


Festival Ramadan 2024 tidak hanya menghadirkan kirab Ramadan. Di kompleks Masjid Baiturrahman dan Ex Hotel Aceh, pengunjung dapat menikmati berbagai kegiatan menarik lainnya.


Di Ex Hotel Aceh, terdapat bazar UMKM yang diikuti oleh 100 pelaku usaha dari 9 kecamatan di Banda Aceh. Pengunjung dapat membeli berbagai produk lokal, seperti kuliner khas Aceh, souvenir, dan pakaian.


Sementara di kompleks Masjid Baiturrahman, pengunjung dapat mengikuti berbagai kegiatan Islami, seperti Dalail Khairat, Khauri Ramadhan, Khauri Kanji, dan Gampong Ramadhan. Selain itu, terdapat pula pameran UMKM dan pertunjukan seni budaya Islam.


Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Almuniza Kamal, mengatakan bahwa Festival Ramadan 2024 mengangkat konsep “community based tourism”. Konsep ini melibatkan masyarakat sebagai pelaku utama dalam festival ini.


“Masyarakat dari 9 kecamatan di Banda Aceh terlibat dalam berbagai kegiatan festival, seperti masak, takjil, kanji rumbi, dan Dalail Khairat,” ujar Almuniza. 


Ia mengungkapkan konsep tersebut dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat dan meningkatkan geliat ekonomi di Banda Aceh. "Saya pikir ini adalah sebuah konsep yang multi-effect karena masyarakat sebagai pelakunya," tutupnya,.