Daerah

GP Ansor Kembangan Adakan Dialog Lintas Agama

Sen, 11 November 2019 | 08:45 WIB

GP Ansor Kembangan Adakan Dialog Lintas Agama

Narasumber Dialog Lintas Agama GP Ansor Kembangan (Foto: NU Online/Elda Aini)

Jakarta, NU Online 
Pimpinan Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kembangan, Jakarta Barat menggelar dialog lintas agama di Aik Kopi, Meruya Selatan (10/11). Tepat pada Hari Pahlawan dan dua minggu sebelumnya Hari Sumpah Pemuda, acara ini mengangkat tema Refleksi Sumpah Pemuda dan Hari Pahlawan menuju Indonesia Damai. 

Ketua PAC GP Ansor Kembangan Faiz Ridho mengatakan, acara tersebut bertujuan untuk saling mengenal, saling memahami, sehingga tumbuh rasa empati dan saling mengasihi di antara sesama anak bangsa.  

Menurutnya, keagaamaan yang dipeluk seseorang, bukan masalah untuk bisa berinteraksi dengan kalangan lain. Apalagi menyelahkannya. Pemahaman yang seperti itu biasanya bukan terletak pada sumber ajarannya, tapi pada penyerapan dan penafsiran ajarannya. Maka dari itu kita perlu diskusi tentang pentingnya toleransi beragama.

Dialog lintas agama dinarasumberi para tokoh agama dan budaya, mulai dari Ketua PCNU Jakarat Barat KH Agus Salim, Pendiri Komunitas Muda untuk Indonesia Bangkit Anwar Al Batawi, Pemuka Agama Katolik Romo Devanto. Hadir pada kesempatan itu, kalangan pemuda-pemuda lintas agama yaitu, para kader Ansor dan Banser, Angkatan Muda Protestan Pluralistik (MPP), Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), mahasiswa Katolik Universitas Mercubuana, dan IPNU dan IPPNU Jakarta Barat.

Dialog yang dimoderatori oleh Sahabat Hanif PAC GP Ansor sempat membicarakan tentang toleransi beragama menurut pandangan orang-orang NU, budayawan, dan pemuka Katolik. 

“NU itu sangat toleran dengan semua agama. Karena bagi NU, perbedaan suku dan agama adalah hal yang biasa. Seperti firman Allah di dalam Al-Qur’an ‘Untukmu agamamu, untukku agamaku’. Yang penting kita saling menghargai, menghormati, dan menjaga satu sama lain walau berbeda agama,” ungkap KH Agus Salim.

Tokoh silat Betawi, H Anwar Al Batawi juga mengatakan, dari dulu orang-orang di Jakarta ramah terhadap pendatang yang beragam suku dan agama. Cara menyambut orang-orang pendatang dengan latar yang berbeda itu dengan merangkulnya, bukan memukulnya.

Sementara Romo Devanto berharap pemuda lintas agama bisa bersinergi dengan membuat program-program bersama. 

Kontributor: Elda Aini
Editor: Abdullah Alawi