Daerah

GP Ansor Kritik Lambannya Normalisasi Kali Jombang

NU Online  ·  Sabtu, 26 April 2014 | 00:01 WIB

Pamekasan, NU Online
Ketua GP Ansor Pamekasan Fathorrahman mengkritik pemerintah yang lamban menangani normalisasi Sungai Kali Jombang. Akibatnya, Beberapa hari terakhir ini, Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur, dilanda banjir. Lalu lintas daerah perkotaan pun berantakan.
<>
Hingga kini, normalisasi sungai yang diproyeksikan bisa mengurangi dampak luapan banjir, jauh dari yang diharapkan.

"Sungai yang berada di Jalan Trunojoyo, Kelurahan Patemon, Pamekasan itu kondisinya semakin dangkal. Kendati sudah dibangun plengsengan dari beton, luapan air yang mengakibatkan banjir di sekitarnya tak bisa dihindari," ungkapnya, Jumat (25/4).

Banjir yang melanda Kota Pamekasan, membuat dinas terkait patah arang. Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pengairan yang merupakan leading sector, tampak tak berdaya dan kesulitan memunculkan jalan keluar atas masalah manjir di daerahnya.

Normalisasi aliran air di sungai yang sudah mulai dangkal itu, sulit diwujudkan dalam waktu dekat ini. Lagi-lagi persoalan klasik berupa anggaran yang terbatas jadi dalihnya. Sungai yang dangkal itu akhirnya membuat bencana banjir semakin sering terjadi.

Kepala Dinas PU Pengairan Pamekasan Syaifuddin mengatakan, untuk melakukan normalisasi sungai Kali Jombang, membutuhkan anggaran yang cukup besar.

Anggaran tersebut tidak hanya dibebankan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Pasalnya, perkiraan anggaran yang digunakan untuk pengerukan sungai mencapai Rp 5 miliar hingga Rp 10 Miliar.

"Dengan dana sebesar itu, Kabupaten Pamekasan tidak mungkin mampu mendanai. Makanya dibutuhkan bantuan dari anggaran APBN. Sekarang kami sedang usulkan. Kalau untuk dana yang bersumber dari APBD, kita sudah ajukan," ungkap Syarifudin.

Sulitnya mengeruk sungai sepanjang 2,5 kilometer itu, juga terjadi lantaran kurangnya akses untuk menjangkau lokasi sungai. Banyaknya permukiman warga di sekitar bantaran sungai membuat alat berat sulit masuk.

Di samping itu, tidak ada tempat penampungan untuk material hasil kerukan sungai. Akibatnya, sampai saat ini area ideal untuk tempat penampungan lumpur, masih belum ditemukan. Tidak adanya penampungan, lumpur kerukan bakal kembali mengikuti arus sungai.

Dengan kondisi tersebut, Sungai Semajid yang merupakan muara dari beberapa sungai di Pamekasan, dianggap prioritas awal untuk dikeruk. Karena luapan air sungai tersebut juga mengancam permukiman warga.

"Alat berat jadi sulit masik ke lokasi. Jangankan backhoe, dump truk saja sulit menyisir lokasi. Jadi yang menjadi sasaran utama pengerukan ialah Kali Semajid dulu. Kita upayakan tahun 2015 sudah bisa dilakukan," pungkasnya. (Hairul Anam/Abdullah Alawi)