Daerah

Gus Iim Tokoh Penggerak Kultural Tanpa Kedepankan Popularitas

Ahad, 9 Agustus 2020 | 12:00 WIB

Gus Iim Tokoh Penggerak Kultural Tanpa Kedepankan Popularitas

Kegiatan Tahlil dan Doa Bersama untuk Gus Iim oleh IKA PMII Rembang (Foto: NU Online/Aan Ainun Najib)

Rembang, NU Online
Sebagai putra bungsu KH Wahid Hasyim atau cucu Hadratus Syekh KH Hasyim Asy'ari, KH Hasyim Wahid atau Gus Iim lebih suka melakukan pergerakan lewat jalur kultural. Ia lebih mementingkan kepentingan umum dibandingkan dengan popularitas semata.

 

"Kebanyakan memang cara berpikir dan pergerakan dari keluarga mbah Wahid Hasyim ini kultural, bergerak di bawah, tanpa mengedepankan popularitas. Misal saja Gus Dur dan Gus Iim," kata Arif Agung Cholili Bendahara PCNU Rembang.

 

Hal itu disampaikan pada acara tahlil dan doa bersama untuk almarhum KH Hasyim Wahid yang digelar Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rembang, Sabtu (8/8) malam di Pendopo Tejakusuman Lasem, Rembang. 

 

Menurut Arif, pergerakan kultural ini merupakan upaya untuk menghindari perselisihan dalam perbedaan pendapat. Hal ini sebagai upaya untuk tetap menjaga ukhuwah persaudaraan antar sesama.

 

"Ketika Gus Iim memilih cara bergerak secara kultural, hal ini menurut saya untuk menghindari 'congkrah' (perselisihan) dalam perbedaan pendapat, sehingga cara merekonsiliasi akan lebih mudah," jelasnya.

 

Ia juga menambahkan bahwa dalam tradisi kiai itu pasti ada pemberian nama anak yang diambil dari nama kakeknya. Contoh saja di Pesantren Leteh Rembang keluarga Mbah Kholil.

 

"Dan ketika diberi nama sesuai nama kakeknya, mereka tidak berani untuk memanggil nama aslinya. Dan Gus Iim ini dipilihkan nama oleh ayahnya dari nama kakeknya Mbah Hasyim (KH Hasyim Asy'ari). Seperti halnya Gus Dur, Gus Iim ini juga dikenal dengan nama panggilannya saja," katanya.

 

Selain bacaan tahlil dan doa bersama untuk Gus Iim, panitia juga mengadakan acara Ngobrol Bareng dengan tema 'Mengurai Gagasan dan Melanjutkan Pergerakan Gus Iim dalam Bingkai Islam Nusantara'.

 

"Sebagai kader PMII sudah sepatutnya berusaha untuk membuka ruang. Mencari gagasan dan ide cemerlang untuk pergerakan dan pembangunan. Harus berani bergerak dan berkreasi sesuai dengan kebutuhan zaman," pesan Arif di depan puluhan kader PMII Rembang yang hadir dalam acara tersebut.

 

Disampaikan, Gus Iim telah membuka cakrawala yang sangat luar biasa, memberikan pengetahuan kepada kita tentang pentingnya menghormati perbedaan pendapat.

 

"Perbedaan-perbedaan akan menjadikan lebih luwesnya dalam mengemukakan pikiran, hal ini yang dilakukan oleh Gus Iim dan Gus Dur," tutupnya.

 

Kontributor: Aan Ainun Najib
Editor: Abdul Muiz