Daerah

Gus Muwafiq Syarahkan Hakikat Manusia dengan Surat At-Tin

Sen, 25 September 2017 | 04:05 WIB

Tegal, NU Online
Kiai nyentrik asal Yogyakarta KH Gus Muwafiq menerangkan secara singkat surat At-Tin. Menurutnya, manusia diciptakan dengan bentuk yang "fi ahsani taqwim" sehingga setiap orang akan senang melihatnya.

Hal itu dikatakannya saat memberikan tausiyah pada Dzikir Akbar Peringatan Tahun Baru Islam 1439 Hijriyah Pemkab Tegal, di Alun-alun Hanggawana, Slawi, Kamis (21/9) malam.

"Kalian melihat bayi pasti ingin menciumnya. Kalau bayi baru bisa bicara, ditunggu momen bicaranya, baru bisa ‘ta ta ta’ saja senangnya bukan main," ujarnya.

Gus Muwafiq mengingatkan, manusia suatu saat akan mengalami "tsumma radadnahu asfala safilin". "Manusia nanti akan menua, yang tadinya banyak yang kepengin mencium, setelah ‘asfala safilin’ tidak ada yang mau mencium. Ketika jalan susah tidak ada yang mau bantu jalan," terangnya.

Menurut kiai ini, kalau nasib kita tidak mau seperti itu, syaratnya ada dua. "Alladzina amanu wa 'amilusshalihati falahum ajrun ghairu mamnun". Syaratnya yakni iman dan amal saleh.

"Kalau punya syarat ini, insya Allah tidak akan ditinggalkan orang. Malah orang pada rebutan. Contohnya siapa? Ya contohnya Abah Habib Lutfi ini. Ia sudah sepuh, tapi karena ‘amanu wa amilushalihat’, maka ketika ia datang orang-orang berebut ingin menciumnya. Orang-orang menunggu apa yang akan disampaikannya, dan kalau beliau matur orang-orang akan senang," kata Gus Muwaffiq.

Ia melanjutkan, kalau kita mau membedah lebih luas makna Surat At-Tin, kita akan temukan Allah menggambarkan Nabi Ulul Azmi lewat simbol. "Wat Tini" ini buah Tin, simbol Nabi Nuh AS. "Waz Zaituni" buah Zaitun ini simbol dari Nabi Ibrahim dan Nabi Isa Alaihissalam karena buah Zaitun ini banyak di Palestina, di mana keduanya berdakwah. "Wa Turisinina" kala ini jelas simbol untuk Nabi Musa AS.

Sedangkan, Nabi Muhammad SAW ternyata mendapat simbol "wa hadzal baladil amin". Ini yang perlu dicermati, bahwa Nabi Muhammad SAW melandasi dakwahnya bukan hanya untuk "amanu wa amilushalihati" tapi juga untuk membuat sebuah negara yang aman.

"Ini yang perlu dicontoh oleh kita sebagai bangsa Indonesia yang mayoritas Muslim," pungkasnya.

Turut hadir dalam kesempatan itu, Mustasyar PBNU Maulana Habib Luthfi bin Yahya, Bupati Tegal Enthus Susmono, Wakil Bupati Tegal Umi Azizah, Ketua PCNU Kabupaten Tegal H Akhmad Wasyari, dan sejumlah undangan lain. (Hasan/Alhafiz K)