Daerah HAJI 2022

Haji adalah Panggilan Istimewa dari Allah, Mengapa?

Sab, 18 Juni 2022 | 19:00 WIB

Haji adalah Panggilan Istimewa dari Allah, Mengapa?

Ilustrasi jamaah haji berdoa di depan Ka'bah. (Foto: Istimewa)

Pringsewu, NU Online
Ibadah haji adalah ibadah yang memiliki berbagai keistimewaan. Seluruh umat Islam mengimpikan untuk bisa melaksanakan rukun Islam kelima ini di Tanah Suci Makkah.


Haji juga merupakan identitas paripurna umat Islam karena memang menjadi rukun terakhir yang harus dilakukan oleh kaum muslimin yang mampu dan mendapatkan panggilan dari Allah swt.


Panggilan dari Allah kepada umat Islam untuk melaksanakan ibadah haji merupakan panggilan istimewa. Panggilan haji lebih istimewa dibanding panggilan untuk melaksanakan ibadah lainnya seperti panggilan jihad dan sebagainya.


Mengapa panggilan haji sangat spesial? Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pringsewu Lampung, KH Sujadi, menerangkan bahwa letak spesial panggilan ibadah haji ini di antaranya termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Imran ayat 96.


“Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana,” katanya saat kegiatan Walimatus Safar lil Haj Bendara PCNU Pringsewu Muhammad Sofyan di Kecamatan Pagelaran, Sabtu (18/6/2022).


Dalam ayat ini, jelas Abah Sujadi, sapaan karibnya, perintah haji diawali dengan kata walillah (Allah). Ini menunjukkan bahwa panggilan haji adalah hal yang spesial karena langsung memuat asma Allah. Sehingga siapapun yang menjalankan ibadah haji haruslah menata niat dengan baik lillahi ta’ala (hanya karena Allah).


“Jangan sampai keliru niat. Niatkan hanya untuk beribadah kepada Allah swt. Niat ini yang paling sulit untuk ditanamkan dan diamalkan. Kalau daftar mudah, bisa siapa saja dengan berbagai cara,” jelasnya.


Ia mencontohkan beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh jamaah agar niatan berhaji benar-benar bisa terjaga dengan tidak melakukan berbagai aktivitas yang dapat mengaburkan niat. Di antaranya adalah niat haji untuk berwisata, rekreasi dengan banyak berselfi yang menjadi tren digital masa kini.


“Kalau mau selfi di Ka’bah, ‘selfilah’ dengan Allah swt yang memiliki Ka’bah dengan banyak beribadah dan mendekatkan diri kepada-Nya,” ajak Abah Sujadi.


Selanjutnya, agar ibadah haji yang dilakukan bisa mewujudkan manusia paripurna, jamaah harus benar-benar pasrah kepada Allah dengan sebenar-benarnya pasrah. Serahkan keluarga yang ditinggal dan berbagai urusan keduniaan kepada Allah swt karena Dia-lah yang akan menjaganya.


Jamaah juga diimbau untuk menyiapkan diri dari sisi fisik, mental, moral, spiritual dan juga material. Selain itu takwa juga harus terus dibawa sebagai bekal yang paling baik dalam menjalankan ibadah haji.


“Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa,” kata Abah Sujadi mengutip arti dari surat Al-Baqarah ayat 197.


Tidak ada bekal yang lebih baik dari takwa karena saat melaksanakan rangkaian rukun ibadah haji, jamaah harus menanggalkan semua identitas keduniawiannya. Semua hanya mengenakan dua kain ihram dan sebagai simbol kepasrahan tanpa membawa identitas dunia.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Musthofa Asrori