Daerah

Halal bi Halal IKA PMII Trenggalek Satukan Kader yang Terpisah

NU Online  ·  Senin, 1 Juli 2019 | 10:30 WIB

Halal bi Halal IKA PMII Trenggalek Satukan Kader yang Terpisah

Halal bi halal IKA PMII Trenggalek, Ahad (30/6).

Trenggalek, NU Online
Pengurus Cabang Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC IKA PMII) Trenggalek, Jawa Timur menggelar kegiatan halal bi halal, Ahad (30/6) di Cafe 46 Kendalrejo Kecamatan Durenan.

Halal bi halal mengusung tema Menyambung Balung Pisah yang dimaksudkan bahwa IKA PMII Trenggalek memiliki basis kader yang masih terpisah-pisah, mengingat PMII lahir dalam sebuah perguruan tinggi. Di Trenggalek masih terbatas jumlah perguruan tinggi, namun banyak kader PMII yang berproses di luar Trenggalek.

Dengan bersatunya kader-kader PMII yang telah berproses di luar Trenggalek yang sekarang sudah kembali maka perlu disatukan. Diharapkan dengan ini dapat lebih memberikan energi positif dan memassifkan gerakan dan pengawalan di Kabupaten Trenggalek. 

Halal bi halal yang terlaksana kali kedua ini dipandang sukses melihat banyaknya anggota IKA PMII Trenggalek yang hadir. Hal ini disampaikan ketua pelaksana Agus M Izuddin Zakki atau yang akrab di panggil Gus Zakki yang saat ini juga sebagai Ketua Ansor. Ia juga berharap acara ini dapat terlaksana setiap tahun. 

Hadir dalam acara tersebut, Ketua IKA PMII Trenggalek Wahono Arif, Ketua PCNU Trenggalek Fanthulloh Sholeh, Ketua ISNU Trenggalek, perwakilan dari Pemerintah Kabupaten Trenggalek. 

Dalam sambutannya, Ketua IKA PMII Trenggalek menyampaikan pesan bahwa IKA PMII yang jumlahnya tidak sedikit ini harus berani menjadi garda terdepan memimpin posisi strategis di pemerintahan yang ada saat ini, jangan malu dan jangan sungkan imbuhnya penuh optimis.

Selanjutnya Gus Loh sapaan akrab Ketua PCNU itu, menyampaikan bahwa rumah besar kita adalah Nahdlatul Ulama yang di dalamnya banyak sekali ulama. Untuk itu harus menjaga marwah organisasi. Gus Loh yang juga sebagai pengurus Pesantren Bumi Hidayah itu juga berpesan, dalam kondisi apa pun akhlak adalah yang nomor satu yang harus dikedepankan.

"Sehebat apa pun kita tetap harus menggunakan adab (tata krama). Ittihad wal wahdah meskipun berbeda dalam ranah gerakan dan meskipun diterpa dengan beberapa dikotomi paradigma pemikiran. namun harus tetap menyatu, jangan sampai ada dendam yang sampai hati," pungkasnya. (Zidni Ilman/Kendi Setiawan)