Daerah

Hormati Tradisi, Kerukunan Beragama di Banten Bukan Basa Basi

NU Online  ·  Jumat, 13 September 2013 | 11:01 WIB

Serang, NU Online
Bagi masyarakat Banten, kerukunan hidup bermasyarakat antarumat beragama bukanlah perkara baru. Masyarakat Banten telah mengenal, mengajarkan, dan mempraktikkan toleransi hidup sejak ratusan tahun sebelum Indonesia merdeka.
<>
Hingga kini, toleransi antarumat beragama dalam kehidupan kemasyarakatan terus dijaga dan dilestarikan dengan baik oleh masyarakat Banten. Demikian dinyatakan Ketua MUI Propinsi Banten AM Romly dalam Dialog Pengembangan Wawasan Multikultural Antara Pemuka Agama Daerah dan Pusat di Propinsi Banten, Serang, Kamis (12/9).

Menurut Romly, kerukunan hidup bermasyarakat antarumat beragama di Banten bukan sekedar basa-basi saja, melainkan diaplikasikan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Masyarakat Banten telah mentradisikan tolong-menolong tanpa memandang perbedaan suku dan agama.

"Jangankan dalam kehidupan sosial, bahkan dalam kehidupan keagamaan pun, masyarakat yang berbeda agama bisa saling membantu. Hal ini misalnya terjadi saat pembangunan Masjid Agung Serang. Beberapa kelompok masyarakat beragama lain, turut menyumbangkan dana untuk pembangunan masjid tanpa diminta panitia," tutur Romly.

Lebih lanjut Romly menjelaskan, masyarakat Banten adalah masyarakat yang terbuka, plural, dan cinta damai. Sedangkan konflik-konflik keagamaan yang terjadi di Banten lebih banyak dilakukan orang-orang dari luar, bukan penduduk setempat.

Sementara itu Pendeta Benny Halim dari Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) Propinsi Banten menyampaikan hal serupa. Menurut Benny, masyarakat Banten adalah masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku dan etnik yang telah hidup rukun damai sejak lama. 

"Banten yang memiliki sejarah sebagai kota Bandar adalah wilayah dengan persebaran pendukuk multikultur yang cukup merata tingkat perbedaan etnik dan agamanya. Namun semuanya selalu hidup tenteram dan rukun," tandasnya.

Dialog Pengembangan Wawasan Multikultural Antara Pemuka Agama Daerah dan Pusat di Propinsi Banten digelar selama lima hari (10-14/9) di Kota Serang dan Kebupaten Tangerang. Selain Dialog dan pemaparan kondisi keagamaan, kegiatan ini juga diisi dengan kunjungan ke tempat-tempat ibadah semua agama di propinsi Banten dan Kabupaten Tangerang. (Syaifullah Amin/Alhafiz K)