Daerah

IPNU-IPPNU Jember Merambah ke Non Ma’arif Sosialisasi Perubahan OSIS

Sen, 14 Oktober 2019 | 15:01 WIB

IPNU-IPPNU Jember Merambah ke Non Ma’arif Sosialisasi Perubahan OSIS

Ketua PC IPNU Jember, Ardi Wiranata dan rombongan saat sosialisasi di lembaga pendidikan di bawah Pesantren Nuris, Antirogo, Jember. (Foto: NU Online/Aryudi AR)

Jember, NU Online

Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulana (IPPNU) Jember, Jawa Timur tidak hanya menarget sekolah di bawah naungan Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif NU yang akan di-IPNU-IPPNU-kan, namun juga membidik sekolah non Ma’arif.

Menurut Ketua PC IPNU Jember, Ardi Wiranata, sekolah swasta yang tidak tergabung dengan LP Ma’arif NU juga banyak, namun secara kultural juga NU. Karena itu, peluang untuk mengganti Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dengan Komisariat IPNU-IPPNU juga sangat terbuka.

 

“Kira-kira sudah 10 persen sekolah swasta non Ma’arif NU yang sudah bersedia mengganti OSIS dengan Komisariat IPNU-IPPNU,” ucapnya kepada NU Online di Kantor PCNU Jember, Senin (14/10).

 

Sedangkan untuk sekolah di bawah LP Ma’arif NU yang memang menjadi sasaran utama instruksi Pimpinan Wilayah (PW) LP Ma’arif Jawa Timur terkait pergantian OSIS ke Komisariat IPNU-IPPNU, sosialisasinya masih terus berjalan. Dikatakan Ardi, pihaknya membagi beberapa tim untuk sosialisasi. Tim itu bekerja sama dengan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) setempat untuk kepentingan tersebut.

 

“Masing-masing tim berjalan sesuai rencana, dan insyaallah bisa semua. Mudah-mudahan. Bahkan sekolah-sekolah yang dikoordinir oleh MWCNU Ledokombo, tahun ajaran baru siap ganti badge dengan IPNU-IPPNU,” jelasnya.

 

Dalam pandangan Ardi, program perubahan OSIS ke Komisariat IPNU-IPPNU itu, cukup bagus sebagai upaya membangun identitas NU di kalangan pelajar NU. Sekaligus implementasi pembelajaran pendidikan Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) dan Ke-NU-an secara langsung.

 

“Dengan begitu, maka pelajar NU punya jatidiri secara fisik maupun psikis,” terangnya.

 

Walaupun demikian, lanjut Ardi, sosialisasi program tersebut tidak mulus-mulus amat. Karena ternyata, banyak juga sekolah di bawah naungan LP Ma’arif NU yang enggan untuk menerapkan program itu. Pasalnya, untuk perubahan OSIS ke Komisariat IPNU-IPPNU, terganjal oleh persoalan akreditasi sekolah.

 

“Karena saat satu lembaga mengikuti akreditasi, salah satu persyaratannya adalah berhubungan dengan perkembangan OSIS. Ini persoalan tersendiri,” jelasnya.

 

Kendati begitu, ia berharap agar para pimpinan sekolah bisa membuat kebijakan yang soft terkait program itu agar NU dapat menjadi identitas pelajar.

 

“Ya bagaimanapun caranya, yang penting sekolah dapat memfasilitasi pelajar untuk beridentitas NU,” pungkasnya.

 

Pewarta: Aryudi AR

Editor: Ibnu Nawawi