Daerah

Islam Anjurkan Pemeluknya Lakukan Inovasi dalam Beragama 

Ahad, 6 Oktober 2019 | 06:00 WIB

Islam Anjurkan Pemeluknya Lakukan Inovasi dalam Beragama 

Ustadz Yusuf Suharto (memegang mik) saat tampil pada Sarasehan Islam Nusantara. Kegiatan PAC Ansor Barat dan PAC Fatayat Barat, Magetan, Jatim. (Foto: NU Online/panitia)

Magetan, NU Online
Ajaran Islam itu terbagi menjadi dua, yaitu ada yang tsabit (tetap) atau qathi, dan ada yang dinamis inovatif, yaitu mutaghayir atau ijtihadi.
 
Demikian dinyatakan Yusuf Suharto, Tim Aswaja NU Center Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur pada Sarasehan Islam Nusantara, di Balai Kecamatan Barat, Madiun, Jawa Timur, Sabtu (5/10). 
 
"Wilayah Islam Nusantara itu bukan pada yang tsabit, tapi yang mutaghayir atau yang ijtihadi. Jadi, jangan khawatir pada Islam Nusantara, karena tidak mengubah ajaran agama,” kata kandidat doktor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang ini.
 
Dalam pandangannya, Al-Qur'an memerintahkan agar manusia mengerjakan kebaikan atau waf'alul khair.
 
“Dan tradisi baik semacam tahlilan, dibaan, shalawatan itu adalah bagian dari kebaikan itu. Corak tradisi itu bisa dikembangkan. Sehingga dalam Islam itu ada anjuran untuk melakukan inovasi dalam beragama. Man sanna sunnatan hasanatan falahu ajruha wa ajru man 'amila biha,” terangnya.
 
Ustadz Yusuf, sapaan akrabnya juga menepis keberadaan Islam Nusantara yang dianggap akan menggantikan ajaran. Baginya, pengertian seperti itu berangkat dari ketidakmengertian akan keberadaan Islam ketika harus berbaur dengan budaya setempat.
 
"Islam Nusantara itu wadahnya saja, dan isinya adalah Islam Ahlussunah wal Jamaah. Islam dengan metode dakwah yang santun dan damai,” tegasnya.
 
Menurutnya, setiap anak bangsa memiliki kewajiban yang sama dalam mengembangkan toleransi bukan hanya kepada sesama Muslim, tapi juga kepada non-Muslim. Hal tersebut sebagai konsekuensi sebagai warga di Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI.
 
"Rasulullah ketika mengadakan perjanjian damai dengan non-Muslim di Madinah, menyebut ummatan wahidatan atau umat yang satu. Demikianlah, NKRI itu mewadahi keragaman agama, suku dan budaya sebagai intentitas yang satu,” urainya di hadapan peserta.
 
Kepada semua pihak, Ustadz Yusuf mengajak untuk menyadari kemajemukan sebagai bagian tidak terpisahkan di negara yang memang memiliki keragaman suku, agama, ras dan antargolongan.
 
“Karena itu kita harus terus memperkuat harmoni sosial, hidup dalam kemajemukan dan NKRI ini adalah upaya final bangsa ini,” tutupnya. 
 
Sarasehan dihadiri unsur Muspika, Kapolsek, Ketua Pimpinan Cabang Ansor Magetan, Ketua Pimpinan Anak Cabang Barat, Magetan, 
 
Demikian pula unsur Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Barat, delegasi guru PAI dari SD hingga SMA dan para penyuluh agama Islam. Turut hadir sebagai undangan perwakilan Muhammadiyah, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), dan Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA).
 
Di akhir acara, Ustadz Yusuf memberikan tali asih buku karya terbarunya Aswaja, Fikih, dan Landasan Amaliah kepada MWCNU Barat, dan Ketua KUA Kecamatan Barat. Juga diberikan buku NU Penegak Panji Ahlussunah wal Jamaah kepada Kapolsek Barat.
 
Kegiatan diselenggarakan PAC Ansor Barat dan PAC Fatayat Barat dan dihadiri pula Rais MWCNU Barat, KH Husnan.
 
 
Pewarta: Ibnu Nawawi
Editor: Aryudi AR