Daerah

Istilah 'Naharul Ijtima' RMINU Jateng dari Gus Mus

Rab, 30 Oktober 2019 | 16:30 WIB

Istilah 'Naharul Ijtima' RMINU Jateng dari Gus Mus

Foto: Ilustrasi (nasional.tempo.co)

Semarang, NU Online 
Istilah kegiatan pertemuan rutin bulanan yang digagas Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Jawa Tengah yang akan digelar perdana Kamis (31/10) di Masjid Agung Jawa Tengah, Jalan Gajah Raya Semarang, merupakan usulan dari KH Musthofa Bisri.
 
Kegiatan 'Naharul Ijtima' merupakan ikhtiyar RMINU Jateng mempertemukan warga kultural dan struktural Nahdliyin. Acara Naharul Ijtima menjadi media untuk mendapatkan informasi yang aktual mengenai perkembangan NU secara umum. 
 
"RMINU Jateng mencari format pertemuan agar mampu mengumpulkan masyarakat secara luas bukan dalam kapasitas pengajian. Namun, pengajian jam’iyah NU. Kalau mengambil waktu malam sudah ada Lailatul Ijtima. Sedangkan kebutuhan untuk menyosialisasikan informasi efektif dilakukan waktu siang," jelas Wakil Ketua PW RMINU Jateng, KH Ahmad Fadhlullah Turmudzi, Rabu (30/10).
 
Dikatakan, pemberian nama kegiatan Naharul Ijtima saat RMINU Jaateng sowan kepada Gus Mus. Di samping itu juga terinspirasi dari pertemuan rutin yang telah diadakan RMI PCNU Kendal periode 2008-2012. 
 
"Beberapa kali putaran pertemuan, Gus Mus hadir untuk memberikan taushiyah agar warga nahdliyyin semangat dalam berorganisasi.
 
Kemudian, Naharul Ijtima’ ini diangkat dalam skala yang lebih luas. Yaitu pertemuan dalam tingkat karesidenan. Tentu konsolidasi dan koordinasi RMINU Jateng dengan RMINU yang menjadi tuan rumah akan semakin erat," jelasnya. 
 
“Apalagi RMI diminta mengoordinir Madrasah Diniyah (Madin) sebagai salah satu wadah dakwah dan perjuangan alumni pesantren setelah boyong,” tambah Gus Fadh.
 
Hal ini sesuai dengan amanat muktamar tentang pengembangan pendidikan keagamaan berada dalam lingkup RMI. Selain itu, Madin menjadi pembelajaran awal kitab kuning bagi anak-anak sebelum nanti berangkat ke pesantren. 
 
"RMINU Jateng juga mendorong mutakhorrijin pesantren harus mampu mewarnai Nahdlatul Ulama  dengan cara aktif di kepengurusan NU, lembaga atau badan otonom," pungkasnya. 
 
Kontributor: Mukhamad Zulfa
Editor: Abdul Muiz