Grobogan, NU Online
Zaman sekarang banyak pencari ilmu lebih memilih tempat pendidikan yang berbasis formal dibanding pendidikan pesantren. Pasalnya, hasilnya yang diharapkan ialah ijazah dan pekerjaan. Jika fenomena ini terus berlanjut, maka stok kiai ke depan akan minim dan tinggal menunggu kehancuran.
<>
Demikian di antara isi ceramah Ketua Jam’iyyah Ahlit Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyah (JATMAN) Jateng KH Dzikron Abdullah dari Semarang di halaman pesantren Tarbiyatus Salikin pada acara Tsulus Sanah Idaroh Syu’biyyah JATMAN di desa Selo, Tawangharjo kabupaten Grobogan, Ahad (2/2).
Ia menuturkan, sekarang yang mondok itu anak-anak kecil. Dahulu orang yang berjenggot masih tetap setia mencari ilmu dan mengabdi di pesantren.
“Tak hanya isapan jempol, apabila pesantren yang memproduksi kiai, tidak lagi mencetak kader kiai berkualitas. Sistem pendidikan formal yang banyak diminati khalayak bisa saja menurunkan jumlah kader kiai di masa mendatang,” terang Kiai Dzikron.
Sekarang, insya Allah masih banyak stok kiai yang berkredibiltas ilmu lagi mumpuni. “Coba renungkan, bila fenomena ini berkelanjutan hingga 2020 misalnya, apa nggak kekurangan stok kiai yang hebat? La wong pabriknya tidak lagi memproduksi kualitas kiai seperti zaman dahulu,” pungkasnya.
Dalam acara JATMAN tersebut, dihadiri semua pemimpin tarekat se-kabupaten Grobogan dan jajaran pengurus NU mulai dari tingkat cabang hingga ranting. (Asnawi Lathif/Alhafiz K)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Tujuh Amalan yang Terus Mengalir Pahalanya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Khutbah Jumat: Menyambut Idul Adha dengan Iman dan Syukur
4
Khutbah Jumat: Jangan Bawa Tujuan Duniawi ke Tanah Suci
5
Khutbah Jumat: Merajut Kebersamaan dengan Semangat Gotong Royong
6
Buka Workshop Jurnalistik Filantropi, Savic Ali Ajak Jurnalis Muda Teladani KH Mahfudz Siddiq
Terkini
Lihat Semua