Daerah PEMBERDAYAAN

Jebolan Pesantren Lirboyo Geluti Usaha Kopiah

Kam, 24 Mei 2018 | 10:15 WIB

Jebolan Pesantren Lirboyo Geluti Usaha Kopiah

Kopiah karya alumni Pesantren Lirboyo, Kediri

Blora, NU Online
Eko Santoso, pemuda desa yang beralamatkan di RT 03 RW 01 Desa Jatirejo Kecamatan Jepon, atau tepatnya di belakang SDN 1 Jatirejo. Dari tangan Eko inilah lahir karya kopiah rajut yang pertama pada tahun 2015, dan kemudian diajarkan ke masyarakat luas yang kini menjadi karyawatinya.

Alumni Pesantren Lirboyo Kediri ini memulai usaha setelah belajar membuat kopiah dari salah satu temannya di Kabupaten Gresik Jawa Timur.

“Awalnya dulu tahun 2015 saya diajari salah satu teman dari Gresik, kemudian saya buat sendiri. Produk pertama saya pasarkan di Rembang. Alhamdulillah laku dan mulai meningkat permintaannya,” ungkap Eko, Rabu (23/5) di Balai Desa Jatirejo bersama sejumlah karyawatinya.

Dikutip dari tribunnews.com, untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat itulah ia mulai mengajarkan kemampuannya dalam merajut Kopiah kepada warga masyarakat sekitar sebagai kegiatan sampingan. Karena sebagian besar penduduk berprofesi sebagai petani.

Lima puluh orang perajut itu tersebar di Desa Jatirejo, Desa Puledagel, Desa Gedangdowo, Desa Kemloko Jepon, Desa Tempellemahbang, Desa Keser hingga ada yang dari Rembang.

“Kebanyakan mereka merajut di rumahnya masing-masing. Saya yang menyetori bahan bakunya, setelah jadi saya ambil untuk dikemas dan dikirim sesuai alamat pemesan,” lanjut Eko.

Kelebihannya kopiah ini menurut Eko sangat fleksible, mudah dibawa, dapat dilipat, mudah dicuci dan tidak luntur warnanya karena terbuat dari benang polyester. Untuk harga jual kopiah rajut ia bandrol mulai Rp35 ribu hingga mencapai Rp100 ribu per buahnya.

“Harganya per buah bervariasi. Yang paling murah Rp35 ribu itu paling sederhana hanya terdiri dari dua warna benang saja. Semakin banyak warna, semakin besar, semakin tinggi dan motifnya semakin rumit maka harga akan semakin mahal,” terang Eko Santoso.

Hingga kini, kopyah hasil karyanya yang diberi nama “AL JUHFA” ini sudah menjadi langganan dari Pesantren Lirboyo Kediri, Magetan dan Rembang. Yang sedang hits adalah kopyah model atau motif Turki.

“Pernah ngirim ke Lampung juga dan beberapa kota besar lainnya, tapi yang berlangganan rutin dari Kediri, Magetan dan Rembang. Kediri permintaannya 300 buah per bulan, Magetan mintanya 800 buah per bulan, sedangkan Rembang 200 sampai 250 buah per dua mingguan. Saat Ramadan seperti ini permintaan juga meningkat hingga 80 persen lebih,” bebernya.

Hanya saja untuk memenuhi permintaan sebanyak itu ia merasa kewalahan karena daya produksinya baru bisa mencapai rata-rata 400 buah per bulan karena semua dikerjakan secara manual, tanpa mesin. Di samping itu bahan bakunya juga harus membeli dari Surabaya, karena di Blora belum ada lengkap.

“Kalau masalah tenaga kerja Insyaallah bisa terus bertambah. Kendala saya hanya pemenuhan bahan bakunya, karena harus mendatangkan dari Surabaya, sedangkan modal saya terbatas. Tidak sebanding dengan permintaan yang ada,” ujarnya. (Red: Muiz)