Daerah

Kanji Rumbi, Bubur Khas Aceh Penuh Rasa, Hadir Hanya saat Ramadhan

Rab, 20 Maret 2024 | 19:30 WIB

Kanji Rumbi, Bubur Khas Aceh Penuh Rasa, Hadir Hanya saat Ramadhan

Budi darman (51) koki kanji Rumbi di Masjid Al-Furqan Beurawe, Banda Aceh sedang mengambil kanji rumbi dari belanga besar untuk kemudian dibagikan ke warga setempat, Rabu 20 Maret 2024. (Foto: NU Online/Wahyu Majiah)

Banda Aceh, NU Online

Di bulan suci Ramadhan, tradisi kuliner khas Aceh kian semarak. Salah satu yang tak boleh dilewatkan adalah Kanji Rumbi, bubur gurih kaya rempah yang hanya hadir di bulan penuh berkah ini.


Kanji Rumbi terbuat dari beras yang dimasak dengan santan dan aneka rempah, seperti bawang merah, bawang putih, jahe, kunyit, jinten, kapulaga, dan cengkeh dan wortel cincang, serta sedikit irisan daun bawang. Rempah-rempah ini memberikan aroma dan rasa yang khas, menghangatkan perut di kala berbuka puasa.


Ciri khas lain Kanji Rumbi adalah teksturnya yang kental dan kasar. Beras dimasak hingga hampir hancur, namun masih menyisakan sedikit tekstur untuk sensasi makan yang lebih nikmat.


Bagi masyarakat Aceh, Kanji Rumbi bukan sekadar bubur biasa. Hidangan ini memiliki makna tradisi dan budaya yang kental. Konon, tradisi Kanji Rumbi sudah ada sejak zaman Kesultanan Aceh Darussalam. Pada masa itu, Kanji Rumbi disajikan untuk para raja dan tamu istimewa kerajaan.

 
Pembuatan kanji rumbi, bubur khas Aceh yang hanya dibuat saat ramadhan, Rabu (20/3/2024). (Foto: NU Online/Wahyu Majiah)
 

Seiring waktu, Kanji Rumbi menjadi hidangan yang dinikmati semua kalangan, terutama di bulan Ramadan. Bubur ini kerap dibagikan secara gratis di masjid-masjid, menjadi simbol kebersamaan dan berbagi di bulan penuh berkah.


Di Aceh, Kanji Rumbi mudah ditemukan di berbagai tempat, terutama di sekitar masjid, seperti salah satunya di Masjid Masjid Al-Furqan, Desa Beurawe,Banda Aceh.

 

Saban hari saat bulan ramadhan tiba usai shalat zuhur anggota remaja Masjid setempat tanpa sibuk mempersiapkan bahan-bahan untuk memasak panganan berbuka puasa ini.


Budi Darma (51) atau yang kerap disapa Bang Agam ini merupakan generasi keenam yang terus menjaga kelestarian kanji rumbi di daerah tersebut. Ia bertugas sebagai koki untuk memasak dua belanga besar kanji rumbi yang kemudian dibagi-bagikan secara gratis kepada masyarakat setempat


"Masjid Al-Furqan tidak pernah absen untuk memasak kanji rumbi. Sebab, kuliner khas Aceh ini memiliki cita rasa yang lezat dan juga dipercaya memiliki khasiat untuk kesehatan tubuh," kata Budi, Rabu (20/3/2024).

 
Pembuatan kanji rumbi, bubur khas Aceh yang hanya dibuat saat ramadhan, Rabu (20/3/2024). (Foto: NU Online/Wahyu Majiah)
 

Budi menjelaskan, untuk memasak kanji rumbi khas desa Beurawe dibutuhkan berbagai bahan seperti beras udang, serai, wortel, jahe, daun sop, dan beberapa bahan lainnya. Sebagian bahan diiris-iris, kemudian disatukan dalam belanga besar.


"Agar buburnya matang sempurna butuh waktu tiga jam untuk memasak, dan setelah shalat ashar dibagikan ke masyarakat," tambahnya.


Dia menyebutkan panitia menghabiskan dana sebesar Rp800 ribu per belanga untuk memasak kanji rumbi. Setiap hari panitia memasak kanji dua belanga, sehingga harus merogoh kocek Rp1,6 juta.


"Semua dana itu juga dari hasil sedekah masyarakat di sini untuk memasak kanji rumbi," tutupnya.


Selain membagi kepada masyarakat, Budi menyebutkan pihaknya juga menyediakan panganan segar ini untuk warga atau tamu yang hendak berbuka puasa di Masjid Al-Furqan secara gratis.