Daerah

Kartu Subsidi dan Tradisi Petani Madura

Rab, 7 Agustus 2019 | 11:00 WIB

Kartu Subsidi dan Tradisi Petani Madura

Penyuluhan Pertanian bertemakan “Memberdayakan Petani di Era Terkini” Posko V KKN Riset Partisipatif 2019 Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA) Pamekasan.

Pamekasan, NU Online
Pemerintah melalui Kementerian Pertanian secara terus menerus mengajak sekaligus mendampingi para petani di Kabupaten Pamekasan, Madura untuk lebih maju. Gayung bersambut, masyarakat kini kian sadar untuk bergabung ke dalam Kelompok Tani (Poktan). Bahkan, di antara mereka mencoba berevolusi dalam teknis pertanian yang sudah melekat dalam kesehariannya.
 
Hal itu cukup mengemuka dalam acara Penyuluhan Pertanian bertemakan “Memberdayakan Petani di Era Terkini” Posko V KKN Riset Partisipatif 2019 Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA) di Desa Bukek, Kecamatan Tlanakan, Kabupaten Pamekasan, Provinsi Jawa Timur, Senin (5/7).
 
Kegiatan tersebut menghadirkan dua narasumber yakni Diana Rotno, seorang penyuluh pertanian dari Dinas Pertanian dan Guruh Mani (Mantri Tani). Dalam penjelasannya, Diana menyatakan sudah beberapa tahun yang lalu para petani diajak untuk berevolusi ke sistem pertanian era terkini. Yakni, dengan dikenalkannya teknologi pertanian yang semakin canggih agar para petani lebih makmur.
 
Diana menekankan agar para petani bergabung dengan kelompok tani (Poktan). Dengan adanya Poktan, maka otomatis memiliki kartu Poktan. Nantinya, kartu Poktan bisa digunakan untuk membeli pupuk bersubsidi. Muaranya, petani bisa terbantu. 
 
Diterangkan, dalam pembelian pupuk bersubsidi nantinya akan dibatasi. Dalam satu kartu Poktan dibatasi pembembeliannya. Kira-kira pupuk untuk tanah selebar 2 hektare. Pembatasan ini, lanjut Diana, sebagai upaya kembali ke program "Back to Nature" yang nantinya akan lebih memanfaatkan kembali pupuk organik.
 
“Tidak selalu tergantung ke pupuk kimia. Sebab, pemakaian pupuk kimia yang berlebihan itu tidak baik bagi kesehatan dan kesuburan tanah dalam jangka panjang. Dengan adanya kartu Poktan, diharapkan akan menjadi penyambung dari Dinas Pertanian kepada masyarakat petani. Bukan hanya menjalin kerja sama di depan hari, namun di lain waktu kita bisa nyambung,” sela Guruh Mani.
 
Di sela-sela penyuluhan pertanian, Hamid selaku Kepala Desa Bukek mengungkapkan, dari segi geografis Tlanakan termasuk daerah yang agak telat musim panennya. Kendala pertanian di Kecamatan Tlanakan adalah beberapa daerah yang kekurangan air yang tidak mencukupi, baik bagi pertanian ataupun keperluan hidup.
 
“Namun di Desa Bukek, alhamdulillah kebutuhan air mencukupi. Kebiasaan petani di sini masih kental dengan tradisi sebelumnya, yaitu tidak mau berbibit tanaman yang berlabel,” papar Hamid.
 
Hamid mengapresiasi seringnya kegiatan semacam penyuluh Pertanian. Salah satu tujuan yang bisa dicapai dari dari kegiatan tersebut adalah untuk memperkenalkan alat teknologi terkini. Diharapkan, petani bisa lebih mudah dengan alat canggih itu.
 
Diana Rotno menyampaikan, di era industry 4.0, para Poktan butuh alat komunikasi seperti WhatsApp (WA). Misinya, agar lebih mudah memberikan mediasi pada para petani di setiap desa.
 
“Satu kelompok harus ada WA. Beberapa bulan ini sebenarnya petani mulai diajak mempergunakan alat terkini, seperti alat traktor yang canggih. Program terakhir yang kami lakukan yaitu seperti kartu Poktan. Petani sudah menerimanya. Itu hanya digunakan untuk tanah 2 hektare," paparnya.
 
Pihaknya menghendaki petani mengenal pupuk organik, sehingga pada akhirnya semua pertanian di negeri ini bisa kembali ke tanah (back to nature). 

Pewarta : Hairul Anam
Editor : Zunus Muhammad