Daerah

Katib NU Pidie Jaya Aceh: Kurban Saat Pandemi Sangat Bermakna

Ahad, 2 Agustus 2020 | 06:00 WIB

Katib NU Pidie Jaya Aceh: Kurban Saat Pandemi Sangat Bermakna

Tgk Muhammad Jafar, Katib PCNU Pidie Jaya, Aceh. (Foto: NO Online/Helmi AB)

Pidie Jaya, NU Online
Kaum Muslimin diharapkan tidak semata menjalankan perintah agama, juga mampu menyibak makna yang terkandung dari yang dilakukan. Apalagi bisa menemukan makna tersirat dan kandungan lain yang bersifat sosial.


Pesan inilah yang disampaikan Tgk Muhammad Jafar selaku Katib Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Pidie Jaya, Aceh. Bahwa penyembelihan hewan kurban menjadi bagian yang tak terlepaskan dari perayaan hari raya Idul Adha dan sudah menjadi syariat Islam. 

 

“Ibadah kurban menjadi salah satu yang sangat dianjurkan bagi Muslim yang memenuhi syarat dan telah mampu menunaikannya,” katanya, Ahad (2/8).

 

Agamawan yang akrab disapa Waled Meunasah Paku itu menyebutkan bahwa berkurban merupakan bentuk tanda syukur atas nikmat Allah. karenanya harus mempergunakan kesempatan emas dengan optimal. 

 

"Ibadah kurban merupakan momentum untuk menumbuhkan jiwa kemanusiaan dan sifat utama dengan berderma dalam konteks hablum minannas juga ladang meraih pahala sebagai hablum minallah," kata pimpinan Dayah Hidayatullah Al-Aziziyah Bandar Dua, Pidie Jaya tersebut.

 

Waled menambahkan di tengah pandemi virus Corona yang saat ini terjadi, lanjut dia, sedekah akan sangat bermakna, berapa pun jumlahnya. Lebaran Idul Adha di tahun 1441 Hijriyah ini hendaknya sebagai momentum berbagi kebaikan ke sesama.

 

"Tahun ini dalam hari raya Idul Adha yang berada dalam situasi pandemi Covid-19 tidak sekadar ritual penyembelihan hewan kurban,” katanya. 

 

Namun pandemi Covid-19 harus mampu mendorong untuk memaknai pengorbanan lebih dari sekadar ritual penyembelihan hewan kurban. Juga dapat memperbanyak amal ibadah dengan berbagi kebaikan dan membantu sesama melalui apa yang dimiliki.

 

Dosen IAI Al-Aziziyah Samalanga itu menyebutkan ibadah kurban merupakan waktu yang tepat untuk melakukan pengorbanan terhadap sesama. Sebab, pandemi Covid-19 telah berdampak pada ekonomi dan sosial masyarakat. 

 

“Ibadah kurban seperti saat ini adalah kondisi tepat untuk melakukannya karena banyak saudara kita yang membutuhkan uluran tangan,” ajaknya. Dan amal ibadah maupun pengorbanan dapat menunjang kehidupan harmonis baik antar sesama dalam masyarakat, lanjutnya.

 

Dijelaskannya, hikmah berlebaran di hari raya Idul Adha lewat kurban juga dapat menyembelih egoisme sosial dalam masyarakat.

 

“Maka  hendaknya hubungan kita dengan sesama seperti suami istri, ayah dan anak juga hubungan dengan tetangga dan saudara lainnya harus terus dijaga dan dipupuk,” urainya. Dan hal tersebut sebagaimana pengorbanan Nabi Ibrahim dengan merelakan segalanya baik jiwa dan raga demi Allah, lanjutnya. 


Ketua Tastafi Bandar Dua ini menguraikan di balik ibadah kurban dalam kisah pengorbanan yang dilakukan kelurarga Nabi Ibrahim dapat dipetik pelajaran. Yakni pentingnya menjadi orang tua yang melatih diri agar berkomunikasi dengan baik kepada anak.

 

"Pengorbanan keluarga Nabi Ibrahim yang harus diteladani yakni komunikasi dalam keluarga hendaknya bisa lebih baik, melatih anak-anak mengemukakan pendapat, sekaligus bersikap percaya diri, serta menumbuhkan semangatnya dalam beribadah kepada Allah SWT,” urai dia. 

 

Pada saat yang sama, pelajaran berharga yang dapat dipetik dari sosok Nabi Ismail yakni menunjukkan ketaatan kepada orang tua. Demikian pula kesopanan dan etika yang baik ketika menjawab pertanyaan sang ayah.

 

“Dan yang pasti bagaimana penghambaan anak kepada Allah SWT," tutup alumni MUDI Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga tersebut.

 

Kontributor: Helmi Abu Bakar
Editor: Ibnu Nawawi