Daerah HARLAH KE-91 NU

Kearifan Ulama Kunci Kemajuan Bangsa

Sen, 12 Mei 2014 | 19:03 WIB

Demak, NU Online
Nahdlatul Ulama sebagai organisasi sosial keagamaan berkiprah dalam menegakkan dan mendirikan bangsa Indonesia. Organisasi para kiai tersebut tak habis dibicarakan orang, mulai dari kronologi, apresiasi, peran sampai visi kejuangannya.
<>
Dalam sejarahnya, NU berkiprah tak hanya lingkup Indonesia saja, melainkan di dunia internasional, sesuai dengan tujuan pendirian NU itu sendiri.

Mustasyar NU Demak KH M Nurul Huda mengutip pendapat peneliti asal Timur Tengah Dr.Abdul Azis At Turisi yang mengatakan Indonesia mendatang akan menjadi pemimpin dunia karena keragaman dan kearifan para ulama Nahdlatul Ulama.

“Beberapa puluh tahun yang lalu Dr.Abdul Azis sudah mengatakan Indonesia bakal menjadi pemimpin dunia terutama pemimpin bagi negara negara muslim, kok tidak Arab Saudi atau negara yang lain, itu alasannya apa….? Alasannya karena NU nya?” tutur kiai Pengasuh Pesantren At Taslim Demak tersebut.

Ia menyampaikan hal itu saat menjadi pembicara pada acara Refleksi Harlah NU ke 91 dan peringatan 100 hari wafatnya KH MA Sahal Mahfud di Aula Depan Pesantren Attaslim Krajaan Bintor Demak, Jumat (9/5) yang diselenggarakan MWC NU Demak.

Lebih lanjut KH Nurul Huda memaparkan, kearifan dan kealiman para ulama NU merupakan kunci utama yang diwariskan dari leluhurnya, yaitu Wali Songo. Para wali menyebarkan faham Aswaja di tengah tengah masyarakat melalui pesantren. Di antara ulama rujukan para pejuang NU dari segi ajaran yakni KH Mahfudz Atturmusi, KH Masum Lasem dan KH Hasyim Asy’ari.

“KH Mahfudz, Mbah Maksum serta Mbah Hasyim telah memberi pencerahan pada para alim yang telah menyebarkan Aswaja ke seluruh pelosok tanah air yang dulu sulit digoyahkan oleh para penjajah” imbuh cucu Mbah Maksum ini.

Sementara Rais Syuriyah NU Demak KH Alawy Mas’udi mengatakan, para ulama NU dalam memimpin umat menempatkan pesantren sebagai kawah condrodimuko ideologi agama. Pada saat yang sama para ulama menempatkan kebangsaan sebagai bagaian terpenting. Pandangan ini perlu dikembangkan dan ditingkatkan lagi agar bangsa Indonesia tidak goyah pengaruh global.

“Diakui atau tidak namanya pesantren sebelum, dan saat penjajahan sampai saat ini merupakan benteng utama bangsa Indonesia. Ini bahkan diakui dunia luar kalau ingin menghancurkan Indonesia, maka hancurkan NU yang berbasis pesantren,” tegas KH Alawy.

Harlah NU yang diisi acara refleksi dengan tema “Meneguhkan Kembali Visi Perjuangan NU” tersebut diikuti pengurus MWC, Ranting NU se-Kecamatan Demak Kota, serta santri, Direktur RSI NU Demak dan masyarakat sekitar. (A.Shiddiq Sugiarto/Abdullah Alawi)