Ketua ISNU Semarang Ajak Balitbang Kemenag Kuatkan Sumber Belajar Keagamaan Moderat
Jumat, 15 Januari 2021 | 14:00 WIB
Samsul Huda
Kontributor
Salatiga, NU Online
Ketua Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kota Semarang, Jawa Tengah Prof Syamsul Ma'arif menegaskan, sumber belajar keagamaan moderat harus mengarah kepada pendidikan damai, Islam Indonesia, memiliki visi profetik (humanisasi, liberasi, dan transendensi untuk transformasi), toleransi dan pluralisme dengan menggunakan pendekatan head (kepala), heart (hati), dan hand (tangan).
“Cirinya dapat dilihat dari membangun ketahanan keluarga, masyarakat, dan pemerintah, merawat kebinekaan, kesiapsiagaan nasional dalam menghadapi pandemi dan gerakan radikal, peningkatan jejaring kerja sama, penguatan imunitas, dan nasionalisme,” paparnya.
Hal itu disampaikan pada kegiatan pengayaan teori penelitian bertajuk 'Varian Sumber Belajar Keagamaan Moderat Siswa Madrasah Aliyah di Era di Grand Wahid Hotel, Salatiga, Kamis (14/1).
Pihaknya menegaskan bahwa contoh moderasi sejati seperti kearifan masyarakat berupa ritual kepercayaan seperti adanya sesajen, kenduren, dan slametan harus dimasukkan ke dalam kurikulum.
"Contoh seperti ini ada tidak? Dikonsumsi anak-anak tidak? Atau hanya dikonsumsi elit, konsumsi peneliti? Bahkan, ustadz-ustadz saja jarang mencontohkan. Mencontohkan saja langsung menghukumi kafir, bidah, ini kan harus direm,” ujar guru besar Ilmu Pendidikan Islam tersebut.
Profesor kelahiran Grobogan ini menegaskan bahwa penerbitan dan penerjemahan buku/kitab-kitab digital harus diwaspadai karena ini bagian dari sumber belajar. “Kita harus tetap waspada dengan learning resources produk kelompok radikal, karena saat ini ada hasil riset menemukan penerbit-penerbit buku yang radikal,” bebernya.
Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jateng itu menjelaskan, banyaknya data yang FKPT temukan tentang sumber belajar yang saat ini serba digital dan tidak otoritatif seperti kitab kuning, guru, kiai, dan ustadz mengharuskan rencana riset yang dilakukan Balitbang Agama Kota Semarang serius untuk menguatkan moderasi beragama.
"Sebab, sumber belajar saat ini sudah bergeser ke sumber-sumber digital yang tidak otoritatif, dan menurut data yang dimiliki BNPT-FKPT, sumber-sumber belajar digital sudah dikuasi kaum radikal," tegasnya.
Disampaikan, berdasarkan penelitian BNPT-FKPT tahun 2019, menunjukkan terpaan konten agama di dunia digital direbut kelompok radikal. Untuk terpaan konten agama di Youtube ada 22,94 persen, Path 0,29 persen, Instagram 45,41 persen, Twitter 2,67 persen, WA 45,47 persen, Facebook 47,73 persen.
"Untuk itu, learning resources bagi pemahaman keagamaan moderat harus dikuatkan. Gerakan Islam Wasathiyah atau Islam moderat harus menyediakan sumber belajar yang memiliki corak faham keagamaan mainstream umat Islam di Indonesia, yaitu yang selalu menjaga keseimbangan,” pungkas Pengasuh Pesantren Riset Al-Khawarizmi Semarang tersebut.
Kontributor: Hamidulloh Ibda, Samsul Huda
Editor: Abdul Muiz
Terpopuler
1
Kronologi Penembakan terhadap Guru Madin di Jepara Versi Korban
2
Silampari: Gerbang Harapan dan Gotong Royong di Musi Rawas
3
Sejarah Baru Pagar Nusa di Musi Rawas: Gus Nabil Inisiasi Padepokan, Ketua PCNU Hibahkan Tanah
4
Hukum Mengonsumsi Makanan Tanpa Label Halal
5
NU Peduli Salurkan Bantuan Sembako kepada Pengungsi Erupsi Lewotobi
6
Kekompakan Nahdliyin Inggris Harus Terus Dijaga
Terkini
Lihat Semua