Daerah

Ketua Muslimat NU Subang Minta Pengurus Gunakan Identitas ke-NU-an

Rab, 29 Januari 2020 | 13:30 WIB

Ketua Muslimat NU Subang Minta Pengurus Gunakan Identitas ke-NU-an

PC Muslimat NU Subang dalam sebuah acara pengajian. (Foto: Dok. Muslimat NU Subang)

Subang, NU Online
Pengurus NU yang masih belum mengetahui identitas ke-NU-an bisa membuat organisasi seperti kehilangan jati diri. Hal ini perlu dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan ke depannya supaya marwah NU tetap terjaga sekaligus dapat menjadi pengurus NU yang paripurna.

Demikian disampaikan Ketua PC Muslimat NU Kabupaten Subang, Hj Iis Salamah, saat menyampaikan sambutan dalam pengajian triwulan PC Muslimat NU setempat. Pengajian digelar di Citapen, Purwadadi, Subang, Jawa Barat, Rabu (29/1)

“Misalnya, identitas acara NU itu menyebut mauidzah hasanah. Bukan dengan istilah tabligh akbar, ceramah agama, taushiyah dan sebagainya,” ungkapnya di hadapan ribuan jamaah dan pengurus Muslimat NU se-Kabupaten Subang.

Diceritakan Hj Iis, ada sebuah kejadian menggelitik dalam sebuah acara yang diselenggarakan salah satu PAC Muslimat NU Subang. Dalam acara itu, seorang pembawa acara mengucapkan istilah sebelum salam penutup yang biasa digunakan oleh ormas Islam lain.

“Sebelum salam penutup NU punya identitas sendiri yang membedakan dengan organisasi lain, yaitu wallahul muwaffiq ilaa aqwamit thariq,”tuturnya.

Selain itu, kata dia, ada kejadian lain yang cukup menggelikan terjadi dalam sebuah kegiatan PAC Muslimat NU Subang lainnya. Saat itu, dirinya dipanggil naik ke panggung oleh pembawa acara dengan sebutan Ketua PCNU Subang.

Bahkan, lanjutnya, di acara lain ada kejadian yang lebih lucu lagi yaitu saat ia dipanggil pembawa acara untuk naik panggung dengan sebutan Ketua PBNU Subang. “Kepada Ketua PBNU Subang, Ibu Hj Iis Salamah kami persilahkan,”selorohnya meniru ucapan pembawa acara.
 
Dalam kegiatan triwulan Muslimat NU Subang ini, Hj Iis mengingatkan beberapa karakter dan istilah NU kepada para hadirin karena menjadi NU bukan hanya menjalankan amaliyahnya saja tetapi juga harus disertai dengan fikrah dan harakahnya.

“Ini tugas kita bersama untuk saling mengingatkan sekaligus menjadi motivasi agar kita tidak berhenti belajar,”tandasnya.

Selain itu, ia pun berpesan kepada para jamaah dan pengurus Muslimat NU untuk menjadikan Muslimat NU sebagai organisasi yang pertama dan utama, karena saat ini di Subang sudah berdiri pengajian-pengajian tingkat Kabupaten yang dipelopori para tokoh perempuan Subang.

“Silahkan aktif di pengajian lain tapi saya mohon jangan menjadikan Muslimat NU menjadi nomor dua,” pungkasnya.

Kontributor: Aiz Luthfi
Editor: Musthofa Asrori