Nasional

Kiai Maman: Warga NU Harus Pertahankan Pancasila

Ahad, 15 Desember 2019 | 15:30 WIB

Kiai Maman: Warga NU Harus Pertahankan Pancasila

Pengasuh Pesantren Al-Mizan Majalengka KH Maman Imanulhaq yang juga Anggota MPR RI berpidato di hadapan PC Muslimat NU Subang. (Foto: NU Online/Aiz Luthfi)

Subang, NU Online
Pancasila merupakan ideologi yang dianggap sudah final dan cocok diterapkan di Indonesia. Agar masyarakat tidak tergoda dengan ideologi lain yang ditawarkan oleh pihak tertentu, perlu ada penguatan pemahaman dan pengamalan Pancasila di tengah-tengah masyarakat.

Anggota MPR RI KH Maman Imanulhaq mengingatkan hal itu di hadapan Pengurus Cabang Muslimat NU Kabupaten Subang dalam kegiatan Aspirasi Masyarakat (Asmas) yang mengusung tema Pancasila dalam Bingkai NKRI. Acara tersebut dilaksanakan di aula Kantor PCNU Subang, Jalan Darmodiharjo No 4, Kelurahan Sukamelang, Subang, Jawa Barat, Sabtu (14/12).

“Dalam kesempatan ini, saya sampaikan pentingnya warga NU mempertahankan Pancasila. Karena perjalanan Pancasila sejak lahir sampai hari ini tidak bisa lepas dari peran penting NU dan tokohnya,” ujar Kiai Maman di hadapan ratusan pengurus Muslimat NU se-Kabupaten Subang.

Di antara tokoh tersebut, lanjut Kiai Maman, adalah KH A Wahid Hasyim, KH Ahmad Shiddiq dan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). “Pertama, Kiai Wahid Hasyim. Kalau saja dulu tidak ada ayah Gus Dur ini maka nilai-nilai keislaman tidak akan masuk dalam Pancasila,” tandasnya.
 

Lebih lanjut, Kiai Maman menceritakan di awal kemerdekaan Republik Indonesia terjadi perdebatan sengit antara kelompok Islam dan Nasionalis. Perdebatan serius ini sangat berpotensi mengancam keutuhan bangsa dan negara. Namun, berkat kecerdasan Kiai Wahid Hasyim semua pihak bisa menerima Pancasila untuk dijadikan sebagai dasar negara.

Tokoh NU selanjutnya, kata dia, adalah mantan Rais Aam PBNU, KH Ahmad Shiddiq yang mampu memadukan dalil-dalil naqli dengan Pancasila. Saat itu, Presiden Soeharto menerapkan asas tunggal yang mewajibkan semua organisasi menjadikan Pancasila sebagai asas organisasi.
 
“Saat itu organisasi yang pertama kali menerima asas tunggal Pancasila adalah Nahdlatul Ulama,” tambah Pengasuh Pesantren Al-Mizan Majalengka itu.

KH Ahmad Shiddiq, sambung Kiai Maman, punya kisah menarik dengan salah seorang ulama NU yang dikenal nyentrik, KH Hamim Djazuli (Gus Miek). Saat itu, KH Ahmad Shiddiq sedang kesulitan mencari dalil Al-Qur’an tentang Pancasila. Tiba-tiba datang Gus Miek dan menyarankan kepada Kiai Ahmad Shiddiq untuk membuka sebuah kitab yang ada di lemarinya.

“Silahkan Kiai buka kitab di laci ketiga tumpukan pertama, halaman sekian,” katanya menirukan ucapan Gus Miek kepada Kiai Ahmad Shiddiq.

Benar saja, dalam kitab itu ada ayat Al-Qur'an yang sangat relevan dengan Pancasila yaitu Qul ya ahlal kitabi ta'alau ila kalimatin sawa [Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahlul Kitab, marilah kita (berpegang) pada kalimat yang sama].

"Jadi Pancasila ini adalah Kalimatin Sawa yang menyatukan ribuan suku bangsa yang ada di Indonesia," tegas Kiai Maman.

Tokoh NU ketiga adalah KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang tetap setia mengawal Pancasila hingga akhir hayatnya. Bahkan, saat menjadi Ketua Umum PBNU Gus Dur pernah menggelar kegiatan Apel Akbar Kesetiaan pada Pancasila yang dihadiri jutaan warga NU pada 1992.

Setia Kawal Pancasila
Sementara itu, dalam sambutannya Ketua PC Muslimat NU Kabupaten Subang, Hj Iis Salamah berpesan kepada para pengurus agar tetap setia mengawal Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945 (PBNU).

Hal itu sebagaimana dilakukan para ulama NU dan ditegaskan kembali dalam Rapimnas Muslimat NU yang digelar pada 2017 silam. “Insya Allah, PC Muslimat NU Kabupaten Subang akan tetap satu barisan di bawah komando Nahdlatul Ulama,” pungkasnya.

Kontributor: Aiz Luthfi
Editor: Musthofa Asrori