Nasional

Luncurkan Buku, H Asad Ali Jelaskan Langkah Fundamental Kerukunan Berbangsa

Rab, 6 November 2019 | 16:15 WIB

Luncurkan Buku, H Asad Ali Jelaskan Langkah Fundamental Kerukunan Berbangsa

Foto: NU Online/Alhafiz K

Jakarta, NU Online
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama H Asad Said Ali mengeluarkan karya terbarunya yang berjudul Islam, Pancasila, dan Kerukunan Berbangsa. H Asad merilis buku kelima yang temanya berkaitan dengan relasi Islam dan negara dalam kaitannya dengan toleransi yang berbasis nilai-nilai kultural bangsa Indonesia.

H Asad Said Ali dalam pemaparannya menyampaikan bahwa nilai-nilai kulural bangsa Indonesia selama ratusan tahun yang kemudian dirumuskan oleh para pendiri bangsa merupakan modal utama untuk membangun kehidupan berbangsa yang toleran dalam rangka menjaga keberlangsungan NKRI.

“Kita perlu menjaga nilai-nilai Pancasila dari kecenderungan ekstrem baik ke kanan maupun ke kiri,” kata H Asad Said Ali pada peluncuran Buku Islam, Pancasila, dan Kerukunan Berbangsa di Pesantren Al-Hamid Putra, Jalan Cilangkap Baru Nomor 1, Jakarta Timur, Rabu (6/11) siang.

Ia menawarkan beberapa langkah dalam menjaga hubungan agama dan negara. Menurutnya, deradikalisasi melalui tindakan preventif, bukan sekadar represif; penguatan Pancasila melalui nilai-nilai agama dari kecenderungan liberalisme dan fundamentalisme; dan emansipasi atas ketimpangan sosial merupakan langkah ke depan yang harus diambil untuk menjaga kerukunan dan persatuan bangsa.

Hadir pada kesempatan ini, Pengasuh Pesantren Darul Rahman KH M Faiz Syukron Ma‘mun, Wakapolda Metro Jaya Brigjen.Pol Wahyu Hadiningrat, Kakanwil Kemenag DKI Jakarta H Saiful Mujab, Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi.

H Saiful Mujab mengapresiasi peluncuran buku H Asad Said Ali, Wakil Ketua Umum PBNU (2010-2015). Menurutnya, buku semacam ini menggambarkan dinamika sosial-politik masyarakat Indonesia dalam beragama dan berbangsa.

“Ini luar biasa. Pasalnya Indonesia ini mayoritas Muslim. Tapi Muslim di Indonesia tidak bergerak atau bagaimana ketika dalam susunan kabinet menteri terdapat non-Muslim. Alhamdulilah Indonesia tetap aman. Artinya, hubungan hablum minallah dan hablum minannas sangat baik,” kata H Saiful.

Sementara Kiai Faiz Syukron mengapresiasi sosok H Asad Said Ali. Ia menceritakan pengalamannya pertama kali berjumpa dengan H Asad Said Ali. Menurutnya, H Asad Said Ali merupakan orang Indonesia yang awal-awal (era Orde Baru) menyampaikan khotbah Jumat di Mesir.

Terkait buku yang sedang dibedah, Kiai Faiz mencoba meluruskan cara berpikir sebagian umat Islam yang menolak Pancasila karena menganggapnya lebih dari sekadar dasar negara. Ia menolak anggapan tersebut dengan logika sederhana.

“Kita harus menyamakan persepsi bahwa Pancasila itu falsafah negara, bukan agama dan bukan kitab suci. Orang NU yang sangat menjunjung tinggi Pancasila tidak ada yang membacakan Pancasila dan UUD 1945 untuk anggota keluarga mereka yang meninggal dunia,” kata salah seorang putra Kiai Syukron Ma’mun ini.
 

Pewarta: Alhafiz Kurniawan
Editor: Mukhlison