Daerah

Ketua NU Jateng Ingatkan Tiga Pijakan Penting dalam Berjamiyah

Sab, 13 Maret 2021 | 02:00 WIB

Ketua NU Jateng Ingatkan Tiga Pijakan Penting dalam Berjamiyah

Ketua PWNU Jateng, KH Muzammil. (Foto: Istimewa)

Semarang, NU Online
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah (Jateng), KH Muzammil mengingatkan kepada kader Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul (IPNU-IPPNU) Semarang agar terus berpegang akan tiga hal penting dalam berjamiyah, khususnya jamiyah NU.
 
Tiga hal tersebut adalah akidah, fikrah, dan amaliah. Menjadi bagian dari NU, berpijak kepada ketiganya merupakan keharusan, dalam rangka menyamakan ide, pikiran, langkah, amalan-amalan yang dilakukan oleh pengurus maupun kader NU. 
 
"Pertama akidah, pembangunan umat atas dasar akidah. Kedua, fikrah, pemikiran dibangun atas dasar kesepakatan-kesepakatan mulai sahabat hingga salafus shalihin diteruskan para ulama-kiai kita. Ketiga, amaliah, qunut, tahlilan, ziarah kubur, manaqiban, dan seterusnya. Ketiga hal ini harus selalu menjadi pegangan kita," jelasnya saat menghadiri Peringatan Harlah ke-66 IPPNU di Pondok Pesantren Al-Uswah Gunungpati, Kota Semarang, Kamis (11/3).
 
Lebih jauh, Ketua Pengurus Koordinator Cabang (PC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jateng periode 1995-1997 itu menjelaskan, di luar dari ketiganya masih ada satu hal yang juga perlu diperhatikan, yaitu akhlak mulia. Kanjeng Nabi Muhammad SAW, lanjutnya, sudah memberikan teladan dalam mengamalkan akhlakul karimah kepada umatnya.
 
Dalam konteks berjamiyah, akhlak mulia menurutnya menjadi penting untuk dipegang oleh para pengurus dan kader NU, lantaran menjadi kekuatan NU. Salah satu cerminan dari akhlak mulia tersebut di antaranya adalah bersikap tawaduk kepada keputusan-keputusan organisasi dan kepada kiai serta ulama NU.
 
"Barangsiapa yang tawaduk maka akan diangkat derajatnya oleh Allah, Man tawadhdha'a rafa'ahullah," adagium inilah yang selalu dipegangi Kiai Muzammil.
 
Sikap tawaduk ini juga telah dicontohkan oleh muassis NU. Saat KH Abdul Wahab Chasbullah tidak berkenan menggantikan posisi Khadratussyekh KH Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar NU ia setalah wafat. Posisi itu kemudian diganti dengan Rais Aam karena ia tak mau menduduki jabatan gurunya.
 
Mbah Wahab dalam pandangannya adalah sosok penggerak NU yang tekadnya perlu dicontoh pengurus dan kader NU saat ini. Baik oleh pengurus ranting atau tingkat desa, maupun oleh pengurus di level yang lebih tinggi.
 
Kontributor: Mukhamad Zulfa
Editor: Syamsul Arifin