Daerah

KH Achmad Chalwani: Banyak Profesor Jadi Pengurus Ranting NU

Jum, 3 Juni 2022 | 08:30 WIB

KH Achmad Chalwani: Banyak Profesor Jadi Pengurus Ranting NU

KH Achmad Chalwani: Banyak Profesor Jadi Pengurus Ranting NU. (Foto: Tangkapan layar)

Purworejo, NU Online 
Wakil Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah KH Achmad Chalwani mengatakan banyak profesor yang kini menjadi pengurus ranting NU.


“Banyak profesor jadi pengurus ranting (NU),” terangnya, dalam Dies Natalis STAI An-Nawawi Purworejo ke-21, seperti dilihat NU Online pada kanal official youtube-nya, Kamis (02/05/2022). 


“Anda lihat, saya kemarin ke sana, di Gunungpati (Semarang), sekitar kompleks Unnes itu. Saya ke sana. Jadi, profesor-profesor pengurus ranting (NU),” imbuhnya.


Dalam kesempatan itu, Kiai Chalwani berpesan bahwa dalam tradisi NU, khidmah di atas jabatan. “Malah dulu Bapak saya KH Nawawi, pernah jadi rais, melorot jadi ketua tanfidziyah. Pernah. Enggak apa-apa itu,” ungkapnya.


Apa yang dilakukan oleh pengurus NU itu, menurutnya, meneladani apa yang sudah dilakukan oleh almarhum KH Yusuf Yasin Blitar. “Sering saya contohkan Bapak KH Yasin Yusuf Blitar. Beliau ini tokoh nasional, sekup nasional. Tapi selama hidup (menjadi) ketua MWC NU Kademangan Blitar. Selama hidup,” ungkapnya.


Dikisahkan, suatu ketika menjelang konferensi cabang NU Blitar, tokoh NU tingkat cabang Blitar menghadap Pak Yasin. “Pak Yasin, ini mau ada konferensi cabang, Anda kami minta duduk di cabang Blitar. Pak Yasin menjawab: “Kulo MWC mawon (Saya di MWC saja).”


Di saat yang lain, menjelang konferwil NU Jawa Timur, tokoh-tokoh NU Jawa Timur menghadap Pak Yasin, minta kesediaan Pak Yasin duduk PWNU Jawa Timur. Apa kata Pak Yasin? “Kulo MWC mawon (Saya di MWC saja).”


Menjelang Muktamar NU, tokoh NU dari Jakarta menghadap Pak Yasin, minta kesediaan Pak Yasin menjadi PBNU. Apa kata Pak Yasin? “Kulo MWC mawon (Saya di MWC saja).”


Mursyid TQN itu mengisahkan, Kiai Yasin adalah orang yang ikhlas. Suatu ketika, ia sowan Mbah Hamid Pasuruan, yang masyhur waliyullah. Ketika Pak Yasin sowan, Mbah Hamid berkata: “Pak Yasin, Anda menjadi muballigh sekian lama itu pahalanya besar sekali.”


Pak Yasin menjawab: “Iya, kalau ikhlas, kiai.”

 

Mbah Hamid menimpali: “Pak Yasin, jika Anda tidak ikhlas, sudah tak diundang dari dulu.” 


Menurut Kiai Chalwani, dalam berkhidmah Pak Yasin pernah dites oleh temannya: diundang ceramah tiga kali di Surabaya dan tak diberi bisyarah. Ia tidak protes. Sampai tiga kali. “Akhirnya yang mengundang takut, lalu memberi rapel,” kisahnya.


Mohon Doa Restu


Dalam kesempatan tersebut, Pengasuh Pesantren An-Nawawi itu juga memohon doa restu agar pembangunan gedung yang sedang berjalan di yayasan pendidikannya rampung dengan lancar.


“An-Nawawi ini setiap tahun sudah ‘menolak’ santri rata-rata 300-400, setiap tahun. Bukan karena kita tolak, tapi karena enggak ada tempat,” ungkapnya, prihatin.


Dikatakan, pihaknya sedang membangun gedung SMP dan SMK An-Nawawi. Ia berharap, santri atau siswa yang tak diterima di induk, dapat diarahkan ke cabang baru ini.


“Kita sudah siap tanah dua hektar setengah di sana. Yang penting semoga semua terlaksana,” ungkap sang kiai, seraya meminta untuk tetap mendoakan.


Hadir dalam kesempatan ini Hj Ashfa Khairunnisa selaku Ketua STAI An-Nawawi, dosen, mahasiswa dan segenap sivitas akademika. Di tahun yang ke-21 ini, panitia mengadakan berbagai agenda seperti seaman Al-Qur’an, bazar, aneka lomba, dan penghargaan mahasiswa inspiratif, dosen terproduktif serta staf kinerja terbaik.


Kontributor: Ahmad Naufa
Editor: Syamsul Arifin