Daerah

KH Achmad Chalwani: Ilmu tanpa Tazkiyah Tak Masuk ke Hati, Hanya Singgah di Otak

Rab, 21 Juni 2023 | 16:30 WIB

KH Achmad Chalwani: Ilmu tanpa Tazkiyah Tak Masuk ke Hati, Hanya Singgah di Otak

Wakil Rais NU Jawa Tengah KH Achmad Chalwani Nawawi saat Khataman Akhirus Sanah ke-44 Pondok Pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo Tahun 2023 M/1444 H, Selasa (20/6/2023) malam. (Foto: Tangkapan layar Youtube Annawawi Berjan)

Purworejo, NU Online 
Wakil Rais NU Jawa Tengah KH Achmad Chalwani Nawawi menyatakan bahwa pendidikan di pesantren tidak sekadar transfer ilmu, tetapi juga ada proses tazkiyah atau penyucian jiwa. Bentuk tazkiyah itu, ia mencontohkan seperti mujahadah, tirakat, mengamalkan wirid, kerja bakti, dan lain sebagainya.


"Ilmu kalau enggak pakai tazkiyah, enggak masuk ke hati, cuma singgah di otak saja," ungkapnya, dalam Khataman Akhirus Sanah ke-44 Pondok Pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo Tahun 2023 M/1444 H, Selasa (20/6/2023) malam.


Pendiri Institute Agama Islam An-Nawawi (IAIAN) Purworejo itu pun mengutip ayat Al-Qur'an sebagai dalil, yang terjemahnya:


"Dialah yang mengutus seorang Rasul (Nabi Muhammad) kepada kaum yang buta huruf dari (kalangan) mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, serta mengajarkan kepada mereka Kitab (Al-Qur'an) dan Hikmah (Sunah), meskipun sebelumnya mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (QS. Al-Jumu'ah: 2).

 
Dalam kesempatan itu, Kiai Chalwani menjelaskan kata-kata wa "yuzakkihim wa yu'allimuhumul kitab" dalam ayat tersebut. "Sebelum mengajar, yuzakki, bersihkan hati (dulu)," terangnya.

 
Maka, sambungnya, di pondok pesantren ada mujahadah, manaqaibah, shalawatan, kerja bakti di kediaman kiai, yang merupakan bentuk tazkiyah, supaya hati seorang murid bersih.
 

"Saya ingat dulu di Lirboyo kadang-kadang kerja bakti, matun (membersihkan rumput liar yang ada di sela-sela batang padi yang sedang tumbuh) di sawah (milik) mbah kiai, berjalan sampai 2 km lebih," aku anggota DPD RI 2004-2009 itu di depan ribuan santri.


"Itu bentuk tazkiyah. Kalau cari ilmu tanpa tazkiyah, tanpa mujahadah, ilmu enggak masuk ke hati karena hatinya enggak bersih. Ilmu cuma singgah di otak, hanya masuk di otak, tidak sampai ke hati. Ilmu kalau hanya di otak ya pintar, tapi cuma untuk nguteki (membodohi, ed) temannya," jelas Kiai Chalwani.


Dalam kesempatan itu, Kiai Chalwani juga menjelaskan sebuah hadits yang dikutip Syekh Muhammad Nawawi Banten dalam Kitab Salalimul Fudhala. Hadits itu menegaskan untuk tidak menyepelekan guru. Barang siapa meremehkan gurunya, Allah swt akan menurunkan tiga bala' (ujian) kepadanya: Pertama, lisannya sulit untuk bicara; Kedua, lupa apa yang telah ia hafalkan, dan; Ketiga, akhir hidupnya menjadi orang yang hina dina.
 

Sebagai informasi, pada Khataman Akhirussanah kali ini mendatangkan KH Reza Ahmad Zahid, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Mahrusiyah Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, sebagai pembicara.


Gus Reza, sapaan akrabnya, didaulat untuk menjadi pembicara, salah satunya karena faktor kesejarahan, di mana pada tahun 1982, kakeknya yaitu KH Mahrus Aly mendoakan dan diamini para ulama.

 
"Gus, mohon maaf, Pondok Pesantren Berjan ini, An-Nawawi ini, dapat berkembang seperti ini (berkah) doa Mbah Anda, Mbah Kiai Mahrus Aly," kata Kiai Chalwani kepada Gus Reza, di akhir sambutan.

 
Pewarta: Ahmad Naufa
Editor: Syamsul Arifin