Daerah

KH Ubaidillah Shodaqoh: Pondok Pesantren Soko Guru Pendidikan

Sel, 6 April 2021 | 03:45 WIB

KH Ubaidillah Shodaqoh: Pondok Pesantren Soko Guru Pendidikan

Rais Syuriyah PWNU Jateng, KH Ubaidillah Shodaqoh (Foto: istimewa)

Kediri, NU Online
Rais Syuriyah PWNU Jateng, KH Ubaidillah Shodaqoh atau yang akrab disapa Gus Ubed mengatakan bahwa dahulu pondok pesantren sebagai soko guru pendidikan.

 

Hal itu disampaikannya saat mengisi ceramah dalam Haflah Akhirussanah Pondok Pesantren Al Falah Ploso, Mojo, Kediri yang disiarkan langsung secara virtual melalui kanal Youtube Pondok Pesantren Al Falah Ploso, Ahad (4/4) malam.


"Ki Hajar Dewantara dalam bukunya pernah menyatakan pendidikan nasional yaitu pendidikan yang ada di Pondok Pesantren kalangan Nahdlatul Ulama. Meskipun, ketika penjajahan Belanda kita tidak melakukan perlawanan secara langsung tetapi dengan adanya pendidikan pesantren mereka takut," ungkap Gus Ubed.

 

Belanda, lanjutnya, takut kalau pondok pesantren semakin bertambah dan semakin kuat mereka pasti hengkang dari bumi Indonesia maka dengan dalih politik balas budi Van devender. "Didirikanlah sekolah-sekolah Belanda sebagaimana sekolah Kedokteran Stovia," kata kiai asal Semarang, Jawa Tengah.

 

Gus Ubed kemudian menceritakan kisah para kiai terdahulu yang terkenal sebagai pendekar. "Almarhum bapak saya itu kalau menanam pasti bagus. Ilmunya apa? Wallahu’alam, itu sudah kelas dzauq. Misalnya ketika menanam terong, padi, lombok dengan hasil yang bagus maka masyarakat mencontoh kiai masing-masing, padahal para kiai tidak belajar khusus tentang pertanian," bebernya.


Para kiai belajar ilmu pertanian ketika mereka menjadi khodam gurunya. Kebiasaan mereka pergi ke sawah untuk mencangkul, menanam padi, mengurus ekonomi pesantren ini diterapkan sampai di rumah sehingga tidak hanya ilmu saja tapi berbekal keahlian dan pemikiran yang berkembang sendiri.

 

Pengasuh Pondok Pesantren Al Itqon, Bugen, Tlogosari Semarang ini mengungkapkan jika berbicara tentang dunia pemikiran Islam, para kiai salaf ini tidak tertinggal meskipun mereka tidak pernah membaca ndakik-ndakik (secara fokus) tentang teori politik seperti sekarang ini, mereka bisa menyesuaikan karena berada di dalam sistem pondok pesantren.

 

Malam itu di hadapan ratusan santri Al Falah Ploso, Gus Ubed meminta para santri jika sudah paham ilmu fiqih alat, Ma’ani bayani untuk lebih spesifikasi melengkapi dakwah Ahlussunah wal Jamaah.

 

Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Kendi Setiawan