Daerah

KH Yusuf Daud, Guru Qari' Internasional Meninggal Dunia

NU Online  ·  Ahad, 13 Januari 2013 | 05:16 WIB

Kediri, NU Online
Keluarga besar Jami’yyatul Qurra wal-Huffadz Nahdlatul Ulama (JQH) kehilangan salah satu tokohnya. KH M. Yusuf Dawud asal Ngadiluwih Kediri, Jawa Timur, Jum’at (11/1) malam sekitar pukul 17-30 WIB, pulang ke hariban Illahi Robi dirumahnya di wilayah Kecamatan Ngadiluwih.<>

Alamarhum, selain mantan Qori’ terbaik nasional dan internasional  adalah, salah satu tokoh  perintis berdirinya  organisasi para qori-qoriah, hafidz-hafidzah, para pecinta Al-Quran, yang bernaung di bawah Nahdaltul Ulama dengan nama awal JQH, atau di beberapa daerah disingkat  Jamqur. 

Organisasi ini didirikan KH Wahid Hasyim pada tanggal 12 Rabul Awwal 1371 H bertepatan 15 Januari 1951 M, di rumah H Asmuni, Sawah Besar, Jakarta. Tujuan organisasi  ini adalah terpeliharanya kesucian dan keagungan Al-Qur’an. Meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran Al-Qur’an, terpeliharanya persatuan qurra wal-huffazh ahlussunah waljamaa’ah. 

“Kami benar-benar kehilangan seorang ulama, kiai dan guru. Yang selama ini menjadi rujukan kami bertanya terkait Jamqur,’’ ujar Mohammad Bastomi, salah seorang santri almarhum, yang tahun 2011 lalu menyabet juara Jawa Timur dan juara III Nasional kepada NU Online tadi malam.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Ustadz Muhajir, Ketua Jamqur, Kabupaten Blitar. Menurutnya, jasa beliau sangat besar dalam pengembangan Jamqur. Bimbingan dan arahan selalu disampaikan kepada para anak didik dan para santri. Sehingga, anak didik dan dantrinya juga berhasil mengukir prestasi. Misalnya Ustadz Mu’amar Za dan Maria Ulfah.

“Belum lagi ratusan qori’ qoriah di Jatim dan daerah lain juga santri beliau,’’ ungkap Muhajir.Rencananya, almarhum akan dimakam pagi ini. Meski begitu mulai dati malam, ribuan sanak keluarga, santri dan anak didiknya terus bedatangan untuk memberikan pernghormatan terkahir dengan mensalati jenzahnya. “ Mulai habis magrib tadi, para santri terus berdatangan  untuk berta’ziyah,’’ tambah Muhajir.

Sebelum ada MTQ, JQH atau Jamqur, pernah melakasanakan Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) antar Pondok Pesantren seluruh Indonesia. Kemudian kegiatan ini diambil-alih Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) nasional sejak tahun 1968 sampai sekarang. Di sisi lain, saat itu pula, JQH bisa dikatakan “mati suri”.

Lalu, pada tahun 1992, saat KH Abdurahman Wahid menjadi ketua umum PBNU, JQH kembali diaktifkan. Pada tahun 1999, JQH mengadakan MTQ antar Pondok Pesantren di Garut, Jawa Barat. 

Dalam sejarahnya, MTQ antar Pondok Pesantren yang digelar JQH ini, melahirkan qori-qoriah dan ulama al-Quran bertaraf nasional dan internasional seperti KH M. Yusuf Daud (Kediri-Jatim),KH Abdul Aziz Muslim (Tegal), KH. Ahmad Syahid (Bandung) KH Tb Abas Saleh Ma’mun (Banten) H Muammar ZA (Pemalang) Hj Maria Ulfa Lamongan, dll.

Mereka kemudian berhasil dan mencetak kader-kader bangsa, ulama yang hapal al-Qur,an dan sanggup menjadi teladan di tengah-tengah masyarakat. 

Bahkan Jamqur  juga pernah mengukir prestasi  prestasi membanggakan. Satu orang qori bernama Ja’far Hasibuan dan qoriahnya bernama Sri Wahyuni, juara pertama pada MTQ internasional yang diselenggarakan di kota Qum, Iran. 



Redaktur   : A. Khoirul Anam
Kontributor: Imam Kusnin