Daerah

Khawarij, Cikal Bakal Kelompok Islam Ekstrem

Jum, 27 September 2019 | 20:00 WIB

Khawarij, Cikal Bakal Kelompok Islam Ekstrem

Ilustrasi (NU Online)

Jakarta, NU Online
Katib Syuriyah PCNU Jember, KH Abdullah Syamsul Arifin menceritakan setelah meninggalnya Nabi Muhammad Saw pada tahun 11 Hijriah, terjadi perpecahan antara sahabat Anshor dan sahabat Muhajirin. Perpecahan dipicu  tentang dari golongan manakah yang menjadi pengganti Nabi.
 
"Namun kala itu perbedaan pendapat dapat disatukan melalui musyawarah mufakat," katanya dalam pengajian diselenggarakan oleh Bukanagara Coffee di Kantor CIMB Niaga SCBD Sudirman Jakarta, Kamis (26/9) malam.
 
Kiai Abdullah melanjutkan cerita tentang kepemimpinan masa Khulafaarrasyidin, dari Sayidina Abu Bakar Ash Sidiq, Sayidina Umar bin Khatab, Sayidina Ustman bin Affan, hingga masa Sayidina Ali bin Thalib.
 
"Pada masa Sayidina Ali bin Thalib inilah terjadi peristiwa besar yang dikenal dengan istilah fitnah kubro. Fitnah yang dapat menceraiberai bahkan dapat membunuh satu sama lain seiman, karena adanya berita-berita tidak benar yang disebarkan untuk mencapai kepentingan tertentu," kata kiai yang juga pengasuh Pesantren Darul Arifin Jember, Jawa Timur, ini.
 
Dari peristiwa fitnah kubro tersebut, lanjut dia, melahirkan tiga kelompok. Pertama kelompok Syiah yaitu kelompok yang fanatik dan mempunyai militansi kepada Sayidina Ali. Kedua, kelompok Murjiah yaitu kelompok yang berusaha netral dalam menyikapi isu, tidak memihak dan mengembalikan semua urusan kepada Allah. Ketiga, adalah kelompok Khawarij, yaitu kelompok yang mengganggap orang yang terlibat dalam Perang Siffin adalah pendosa besar dan wajib dibunuh.
 
Kelompok Khawarij pada akhirnya berhasil membunuh Sayidina Ali, namun gagal membunuh sahabat lainnya. Khawarij inilah kelompok Islam ekstremis pertama yang tidak siap menerima perbedaan.
 
"Mereka (Khawarij) membangun opini untuk melegalkan perbuatanya dan mengganggap kelompok lain adalah salah. Inilah cikal bakal gerakan kelompok ekstrem yang bisa membahayakan kesatuan dan persatuan bangsa,"  jelasnya.
 
Menurut putra bungsu KH Syamsul Arifin ini, fitnah kubro jika dilihat di masa sekarang mirip dengan berita bohong (hoaks) yang dapat memicu konflik, permusuhan, hingga peperangan. Karenanya sudah barang tentu virus hoaks ini merupakan bahaya besar yang harus disikapi dengan bijak oleh tiap orang dan menanamkan rasa persatuan dan kesatuan.
 
Meminjam pendapat Abu Hasan Al Asyari yang mengatakan bahwa yang memicu adanya perbedaan adalah masalah politik bukan pada masalah keagamaan. "Rasulullah Saw dahulu berdakwah untuk mengentaskan kemiskinan, menolong kaum mustadafiin, menumbuhkan nilai humanisme, dan menghancurkan model kolonialisme pada zaman itu yang disebut dengan budak atau perbudakan," bebernya.
 
Apabila ada orang Islam yang merasa dirinya paling benar, dirinya paling suci dan menjelekkan orang lain, kata Kiai Abdulah, tidak lain merekalah keturunan dari kelompok Khawarij.
 
Kontributor: Ismadani Rofiul Ulya
Editor: Kendi Setiawan