Daerah NGAJI RAMADHAN

Kiai Sya'roni Gambarkan Suasana Surga

Sel, 16 Juli 2013 | 12:09 WIB

Kudus, NU Online
Pada puasa ketujuh, pengajian Tafsir Al Qur’an Bersama Mustasyar PBNU KH Sya’roni di Masjid Al Aqsha Menara Kudus sudah memasuki hari kelima. Selasa (16/7) pagi tadi, Ulama kharismatik asal Kudus ini mengaji lima belas ayat terakhir surat Arrahman 60-75.<>

Dalam ayat tersebut, KH Sya’roni menguraikan gambaran suasana surga sebagai tempat balasan di akhirat untuk orang-orang yang berbuat kebaikan dan ketaatan pada waktu di dunia. Menyitir keterangan ayat itu, Allah telah menyiapkan bagi orang beramal sholeh dengan beragam nama tempat surga seperti Jannati Adn, Naim, Mahwa dan Firdaus.

“Semua manusia yang beramal sholeh akan masuk surga dan tidak akan merasa bosan karena tempat itu (surga) terdapat taman yang sejuk menyenangkan dan kenikmatan yang luar biasa,” terangnya dalam bahasa Jawa.

Ia menerangkan suasana surga terdapat dua sumber air yang tidak macet-macet yakni bengawan Tasmin dan Salsabil serta bermacam buah-buahan seperti kurma, delima yang bisa dinikmati dan diambil sesuai kehendak penghuninya. Begitu juga, terangnya, Surga akan dipenuhi bidadari cantik wajahnya dan bagus perilakunya yang berada dalam kemah-kemah dari intan mutiara.

“Surga tidak ada yang jelek-jelek seperti di dunia. Bidadarinya juga belum pernah kedemek (tersentuh) apapun dan siapapun, masih murni untuk melayani ahli surga nanti yakni orang Islam yang bertakwa,” jelas Mbah Sya’roni sapaan akrabnya.

Saat menerangkan soal bidadari yang belum kesentuh ini, Mbah Sya’roni menyinggung keterangan hukum mengawini perempuan nakal  yang mudah terbawa jawilan lelaki lain. Diterangkan, menurut Imam Hanafi, orang Islam sholeh menikahi perempuan muslim nakal itu haram berdasarkan dalil Al-Qur’an Surat An-Nur Juz 18 ayat 3. 

“Surat Annur ayat 3 itu menerangkan orang Islam dilarang mengawini perempuan musyrik atau yang berbuat nakal atau zina,” imbuhnya.

Tetapi menurut Imam Syafi’i,  jelas Mbah Sya’roni, membolehkan namun makruh. Iman syafi’i  menggunakan dalil sama Surat Annur namun ayatnya berbeda artinya yakni menikahlah dengan perempuan yang mempunyai suami.

“Imam syafi’i juga berdasar ucapan Nabi saat dimintai pendapatnya seorang umatnya yang istrinya selingkuh dengan orang lain, Nabi menjawab cerai istrimu. Namun orang tadi menyatakan masih suka dengan istrinya, spontan Nabi menjawab kalau begitu ya emong (asuh),” ujar Mbah Sya’roni.

Bila ditanya mana yang benar diantara dua perbedaan itu, jawabannya adalah yang benar yang cocok. “Karena yang tahu kecocokan itu hanya Allah Swt,” imbuhnya. 

Setelah Surat Ar-rahman khatam, Mbah Sya’roni mengupas sekilas asal usul surat Waqi’ah yang akan dikaji pada hari Rabu besok. Dijelaskan, Surat Waqiah termasuk surat Makkiyah yang memiliki hikmah atau asror sebagai bacaan yang sangat baik untuk diamalkan setiap hari. 

“Dalam sebuah hadits, barang siapa siapa yang mau membaca surat Waqi’ah setiap malam tidak akan mengalami kefakiran selamanya,” kutip Mbah Sya’roni.

Pengajian Tafsir di Masjid Al Aqsha Menara Kudus ini, selama bulan Ramadhan berlangsung setiap hari dan sudah dimulai sejak puasa ketiga atau 3-27 Ramadhan.


Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor : Qomarul Adib