Daerah

Kiprah Gusdurian Mojokutho Pare, Dirikan Sekolah Literasi Anak Difabel dan Kurang Mampu

Rab, 21 Desember 2022 | 20:00 WIB

Kiprah Gusdurian Mojokutho Pare, Dirikan Sekolah Literasi Anak Difabel dan Kurang Mampu

Program sinau bareng ini dirintis sejak 2014 dan dilatarbelakangi oleh kesadaran teman-teman relawan Gusdurian akan kondisi anak-anak yang berada di sekitar Pasar Loak Pare. (Foto: dok. Gusdurian)

Kediri, NU Online

Delapan tahun Komunitas Gusdurian Mojokutho Pare Kediri mendirikan program kelas sinau bareng yang bertajuk 'SIBAGUS' akronim dari kata bisa, harus bisa, pasti bisa. Program ini ditujukan kepada anak kurang mampu dan penyandang difabel. 


Koordinator Bidang pendidikan Gusdurian Mojokutho Pare, Arwina mengatakan, program sinau bareng ini dirintis sejak 2014 dan dilatarbelakangi oleh kesadaran teman-teman relawan Gusdurian akan kondisi anak-anak yang berada di sekitar Pasar Loak Pare, yang dikenal dengan kawasan zona merah. Di dalamnya anak-anak rentan terkena pengaruh negatif seperti pergaulan bebas.


"Kita melihat realita problematika di lapangan rendah nilai kualitas pendidikan. Anak-anak kecil berada di kondisi yang sangat rentan karena wilayah pasar loak dan pasar lama merupakan zona merah. Lingkungan masyarakatnya masih suka mabuk dan judi," kata Arwina kepada NU Online, Rabu (21/12/2022).


"Itu sangat berbahaya untuk anak-anak di sana. Jadi kegiatan ini buat menimalisasi dari budaya seperti itu karena wilayah itu tempat lokalisasi ada waria, psk," imbuhnya.


Program sinau bareng ini terbagi menjadi beberapa kelas yang diproyeksikan dapat menjadi ruang belajar bersama bagi anak maupun relawan yang terlibat dalam kegiatan tersebut.


Selain anak yang berada di kawasan Pasar Loak Pare, program ini juga mentargetkan Komunitas Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Desa Sidorejo Pare. Ada beberapa spesifikasi kelas diantaranya, kelas musik, kreativitas, budaya dan adat ke-Indonesiaan, bahasa Inggris, dan religi.


"Teman-teman Gusdurian mengadakan sinau bareng untuk menciptakan ruang kognitif buat anak-anak di sana. Kami kasihan lihat anak-anak kelas 2 SMA terjerumus ke pergaulan bebas, mereka mau  jalan dengan orang yang lebih tua demi bayaran yang hanya bisa digunakan untuk beli kuota internet," ungkapnya.


Arwina mengatakan, nilai kemanusiaan yang ditanamkan oleh Gus Dur menjadi landasan pergerakan para relawan Gusdurian Mojokutho Pare dalam kerja-kerja sosial.


"Nilai utama Gus Dur ada sembilan di mana salah satunya adalah nilai kemanusiaan. Kalau teman-teman Gusdurian Pare fokusnya pada kegiatan kemanusiaan," jelasnya.


"Di sanggar ini, anak-anak dibantu mendapatkan beasiswa juga. Ada yang sampai kuliah kemudian sudah kerja, mereka kembali ke sanggar dan melakukan hal yang sama kepada adik-adik di sanggar," tutur Wina.


Kontributor: Suci Amaliyah

Editor: Fathoni Ahmad