Daerah

Kisah Mbah Kholil Bangkalan Mengobati Anak Pecandu Gula

Rab, 24 Agustus 2016 | 11:01 WIB

Jember, NU Online
Kiai Kholil Bangkalan. Selain dikenal sebagai insiator pendirian NU, beliau juga dikenal mempunyai banyak karomah dan kelebihan. Alkisah, terdapat seorang warga yang mempunyai anak lain dari yang lain. Kelainan anak tersebut adalah dia suka makan gula. Konon, setiap hari anak tersebut bisa menghabiskan sekian kilo gula pasir. 

Akhirnya, ayah anak itu nyabis ke Kiai Kholil Bangkalan. Di hadapan kiai kharismatik tersebut, ia mengeluh soal kebiasaan anaknya menyantap gula. Ia berharap agar  sang kiai berkenan menyembuhkan penyakit yang mendera anaknya. "Baik, seminggu lagi ke sini," tukas Kiai Kholil menjawab permohonan si tamu.

Tamu tersebut pun cabut, pulang ke rumahnya. Namun sejak saat itu, kebiasaan si anak semakin menjadi-jadi. Semakin banyak saja gula yang dihabiskan setiap hari, dimakan begitu saja. Meski perasaannya tak karuan, namun ia tetap memenuhi perintah Kiai Kholil untuk datang lagi ke rumahnya seminggu kemudian. Setelah keduanya ketemu dengan Kiai Kholil yang kedua kalinya, anak tersebut berhenti total melahap gula.

Cerita tersebut dipaparkan Ketua PCNU Jember, KH. Abdullah Syamsul Arifin saat memandu tanya jawab  dalam pengajian Aswaja di halaman Kantor PCNU Jember, Senin (22/8).

Menurutnya, peristiwa tersebut sarat dengan hikmah. Pertanyaan yang muncul, katanya, mengapa Kiai Kholil tidak langsung mengobati si anak itu ketika datang pertama kali ke rumahnya. Kok masih menunggu seminggu. Ternyata, konon, selama seminggu beliau tirakat. Tidak makan makanan atau minuman yang berbahan gula pasir. 

"Pesannya sederhana. Kalau kita ingin menyuruh sesuatu, maka kita harus mengerjakannya dulu. Jika kita ingin melarang sesuatu terhadap orang lain, maka kita dulu yang wajib memberi contoh jika ingin larangan kita dipatuhi," ungkapnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Jember yang juga A'wan Syuriyah NU Jember, KH. Muqit Arif dalam sambutannya menegaskan pentingnya dakwah lewat pendidikan. Menurutnya, NU harus lebih serius lagi menggarap sektor pendidikan. 

"Pendidikan adalah salah  satu cara mempertahankan Aswaja secara kultural dan turun temurun," terangnya di hadapan puluhan pengurus MWCNU se-Kabupaten Jember. (Aryudi A. Razaq/Fathoni)