Daerah

Koin Muktamar NU Diluncurkan di Jakarta, Digelorakan hingga Ranting

Sab, 7 Maret 2020 | 10:30 WIB

Koin Muktamar NU Diluncurkan di Jakarta, Digelorakan hingga Ranting

Antusias pelajar dalam menyisihkan sebagian uang jajan untuk Koin Muktamar. (Foto: NU Online/istimewa)

Sumenep, NU Online
Gerakan Koin Muktamar merupakan ikhtiar berkesinambungan guna mencapai kemandirian keuangan di NU. Semenjak peluncuran program nasional Koin NU, terbukti telah menghasilkan capaian yang cukup signifikan, baik dari sisi manajerial, penghimpunan, program hingga pelaporan.   
 
Dalam catatan media ini, semangat Koin NU bermula dari Desa Nanggerang, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yang diinisiasi Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sukabumi, Abuya Abdul Basith. 
 
Buya Basith, dalam buku Membumikan Sedekah, mengajarkan warga Desa Nanggerang untuk menyisihkan 2,5 persen per hari dari penghasilan satu keluarga yaitu rata-rata Rp500. Semangat Rp500 per hari itu membuat NU Care-LAZISNU Sukabumi mampu membangun Klinik ZIS, pengadaan mobil ambulans, pengobatan gratis, penerangan jalan dan rumah ibadah, perawatan jenazah gratis, serta membangun peternakan kambing untuk warga. 
 
Koin NU Sukabumi kemudian dikembangkan oleh NU Care-LAZISNU Kabupaten Sragen, Jawa Tengah di bawah arahan Ketua PCNU Sragen, KH Ma'ruf Islamuddin, dengan Gerakan Koin Nusantara menuju NU Mandiri. 
 
PCNU Sragen, melalui gerakannya itu mampu menghimpun dana Rp600 juta per bulan, yang kemudian dikelola untuk pembangunan gedung Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU), jasa travel NU Trans, program bedah rumah duafa, pembangunan rumah sakit NU Sidowaras, dan program keumatan lainnya. 
 
Dari kesuksesan itulah, Sragen menjadi tuan rumah Rakornas NU Care-LAZISNU pada 2017 lalu, yang mengambil tajuk Arus Baru Kemandirian Ekonomi NU. Program Koin NU makin massif dan pada tahun 2018 digelarlah Kirab Koin NU Raksasa dari Banten sampai Banyuwangi. Selama 4 bulan (Maret hingga Juni 2018), Kirab Koin NU berhasil menghimpun dana lebih dari Rp1,8 miliar. 
 
Semua itu, tentu memacu Nahdliyin atau warga NU untuk membangun kemandirian jamiyah dan jamaah dalam agenda muktamar, yang mengusung tema: NU Mandiri, Indonesia Bermartabat. Maka, lahirlah Gerakan Koin Muktamar, yang dimaksudkan untuk menggalang partisipasi Nahdliyin dalam perhelatan permusyawatanan lima tahunan bagi organisasi kebangkitan para ulama ini.
 
Merambah Sumenep
Ya, sejak gerakan Koin Muktamar NU diluncurkan, aktifitas kemandirian ini bergerak massif di ranting NU di Nusantara, termasuk juga digerilyakan di Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama Pakamban Daja, Kecamatan Pragaan, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.
 
Kegiatan rutin arisan Pengurus Ranting NU Pakamban setiap hari Jumat dihadiri seluruh anggota. Antusias anggota dan Nahdliyin dalam berkhidmat dituangkan dalam pengisian kotak koin selama 1 bulan dari rumah ke rumah anggota.
 
"Alhamdulillah terkumpul uang sebesar Rp. 403.000 dari gerakan koin berbasis keluarga. Sedangkan jumlah dari gerakan sporadis di saat acara bulanan Rp. 107.000," kata Ketua MWCNU Pragaan, KH Ahmad Junaidi Muarif, Sabtu (7/3). 
 
Ustadz Muhris Baharun  sebagai Ketua NU Care-LAZISNU Pragaan memberikan pandangan, bahwa seratus tahun kelahiran NU seharusnya semakin menjadi momentum untuk mewujudkan arus baru kemandirian ekonomi.
 
"Kita harus memiliki kesadaran sejarah Nahdlatut Tujjar yang dicontohkan muassis NU untuk menggerakkan ekonomi warga,” ungkapnya.
 
Di katakannya lagi bahwa Koin NU sebagai salah satu upaya membangkitkan rasa kepemilikan dan kebanggaan pada NU. 
 
"Sisa membeli bensin, ikan, dan uang recehnya dimasukkan ke kotak infaq di rumah masing masing. Mereka gembira melakukan itu. Ini cara warga berkidhmah kepada NU. Selain itu, bukankah sejak awal NU sudah terbiasa mandiri tanpa mengharap pemberian dari luar. Sehingga NU mampu berdiri sendiri sebagai organisasi yang sehat, kuat, dan rahmatan lil 'alamiin,” tegasnya.
 
Disampaikannya, dalam sejarah bahwa para muassis NU punya Nahdlatut Tujjar yang bergerak di bidang perekonomian dan perdagangan. Mereka juga menghimpun dana i'anah syahriyah organisasi dari anggota. 
 
“Spirit ketangguhan dan kemandirian inilah yang membuat NU sejak awal tidak menggantungkan diri kepada siapa pun, termasuk pemerintah,” pungkasnya.
 
 
Kontributor: Firdausi
Editor: Ibnu Nawawi