Daerah

Lajnah Turats Syaichona Cholil Membendung Pemalsuan Kitab Kuning

Ahad, 2 Februari 2020 | 10:30 WIB

Lajnah Turats Syaichona Cholil Membendung Pemalsuan Kitab Kuning

Suasana 'Ngaji Turats Syaichona Kholil' di Pesantren Syaichona Muhammad Cholil, Demangan Barat, Bangkalan. (Foto: istimewa)

Pamekasan, NU Online

Kalangan pesantren kini diresahkan oleh merebaknya pemalsuan kitab kuning. Percetakan yang ada selama ini kini kurang dipercaya oleh para kiai, santri, dan masyarakat secara luas. Kehadiran Lajnah Turats Syaichona Cholil diharapkan dapat membendung hal itu.

 

Demikian ditegaskan Ketua Majelis Dzikir dan Sholawat (MDS) Rijalul Ansor Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, Raden Maltuful Anam saat ditemui di Kantor PCNU Pamekasan, Jalan R Abd Aziz Pamekasan, Ahad (2/2) siang.

 

“Lembaga percetakan tersebut baru saja menerbitkan dua kitab fenomenal karya Mbah Cholil, yaitu kitab Taqrifat ala Mandzumati Nuzhatit Thullab dan kitab Isti’dadul Maut. Kedua kitab tersebut mendapat sambutan hangat dari ribuan santri di Pulau Madura. Bahkan, diaji langsung oleh KH Abdul Ghofur Maemoen Zubair (Gus Ghofur) dan KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha),” ungkap Ra Maltuf, panggilan akrab Raden Maltuful Anam.

 

Ra Maltuf mengapresiasi hadirnya Lajnah Turats. Pihaknya memaklumi para pengelola lembaga tersebut yang terdiri dari generasi kelima keturunan Mbah Cholil, menghadirkan visi-misi Lajnah Turats adalah mencari, mengumpulkan, dan mencetak setiap karya Mbah Cholil yang tersebar di banyak tempat.

 

“Kendati demikian, seiring berjalannya waktu, kelak percetakan tersebut bergerak lebih jauh. Yakni, turut terlibat dalam pencetakan kitab-kitab turats di luar karya-karya Mbah Cholil. Itu sebagai solusi atas keraguan kiai, santri, dan masyarakat terhadap integritas percetakan kitab yang ada saat ini,” terang Ra Maltuf.

 

Terutama, tambahnya, kitab-kitab yang sudah lazim diaji di dunia pesantren. Pihaknya optimistis kalangan kiai dan santri akan jeli dalam mengaji kitab. Hanya saja, pihaknya khawatir kejelian tersebut tidak maksimal. Itu mengingat terbatasnya kemampuan manusia dalam mencerna semua yang mereka aji di kitab kuning.

 

“Kami yakin para kiai dan santri senior bakal mampu mengetahui teks-teks yang dipalsukan di kitab kuning terbitan terbaru. Tapi bagaimana dengan masyarakat dan santri yang belum lama mondok. Kami khawatir mereka kecolongan. Karena itulah, perlu dihadirkan solusi mengakar dengan menghadirkan lembaga percetakan yang tidak diragukan lagi integritas dan keilmuan para pengelolanya. Kami menaruh harapan besar ke Lajnah Turats Mbah Cholil Bangkalan,” tukasnya.

 

Untuk diketahui, para keturunan Mbah Cholil Bangkalan mengorbitkan lembaga percetakan kitab. Lajnah Turats Syaichona Cholil namanya, dikelola oleh para keturunan Mbah Cholil generasi muda kelima, dipimpin Lora Usman, Lora Ismail Al-Cholili, Lora Ismail Al-Askholi, dan lora lainnya. Lembaga ini sudah legal, resmi secara hukum dan bisa menerbitkan kitab-kitab karya Mbah Cholil yang tersebar di banyak tempat, dimaksudkan menjadi sumber inspirasi keilmuan bagi masyarakat.

 

 

 

Kontributor: Hairul Anam

Editor: Aryudi AR