Daerah

Lesbumi Cirebon: Perempuan Harus Aktif Bahas Narasi Damai

Sel, 1 Oktober 2019 | 13:45 WIB

Lesbumi Cirebon: Perempuan Harus Aktif Bahas Narasi Damai

Diskusi Bulanan dan Obrolan Kebudayaan (Dopok) Lesbumi Cirebon, Ahad (29/9) (Foto: NU Online/Ayub Al Ansori)

NU Online, Cirebon
Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) PCNU Kabupaten Cirebon, mengajak perempuan di Cirebon untuk terlibat aktif menggerakkan tajug atau musala terutama dalam menggunakkan narasi-narasi damai dalam setiap pengajian yang digelar oleh jamiyahnya.
 
Penguatan perempuan dan penggunaan narasi keberagaman dan toleransi ini merupakan tema dari Diskusi Bulanan dan Obrolan Kebudayaan (Dopok) Lesbumi PCNU Kabupaten Cirebon bersama komunitas-komunitas, unsur-unsur Nahdlatul Ulama, dan pegiat seni yang dilaksanakan di Aula Lantai 2 Gedung NU Centre, Ahad (29/9).
 
"Dalam diskusi ini kita membahas penguatan perempuan terkait narasi keberagaman. Tentunya perempuan memiliki peran yang kuat di dalam suatu komunitas sosial. Salah satu paguyuban yang kerap kita temui di masyarakat adalah Jamiyah. Jamiyah hadir dan eksis di tengah-tengah masyarakat secara intens, kontinuitasnya tidak usah diragukan, hampir setiap hari dalam sepekan jamiyah dilaksanakan di kampung-kampung," ujar Agung Firmansyah, Sekretaris Lesbumi PCNU Kabupaten Cirebon.
 
Jamiyah ini, lanjut Agung, menjadi sumber informasi aktual, narasi yang muncul juga beragam. Selain itu, kata Agung, jamiyah merupakan akar dari tradisi Nahdlatul Ulama yang sampai hari ini tetap eksis tidak lepas dari peran-peran perempuan.
 
"Atas dasar realitas tersebut, peran perempuan dalam menguatkan narasi keberagaman yang menjadi isu penting untuk merekatkan kebangsaan patut digali," jelas Agung.
 
Mamay Mudjahid, narasumber Dopok kali ini, memandang dalam hal narasi perempuan dalam keberagaman itu sangat penting, di antaranya bisa menjadi strategi mencapai tujuan kehidupan berbangsa yang damai dan tenteram dengan narasi toleransi dan kesetaraan gender.

Perempuan, kata Mamay, bisa masuk ke berbagai sektor dan lini kehidupan, seperti keagamaan, budaya, kesenian, sosial, pendidikan, bahkan bisa lebih baik dalam pengelolaan dan kepemimpinan, seperti halnya di bidang perencanaan pemerintahan, prosedur pengadilan, pemberitaan, bisnis bahkan perfilman.
 
"Dalam bidang keagamaan, perempuan bisa terlibat pada jamiyyah pengajian. Dalam bidang sosial contohnya saling membantu ketika ada yang meninggal atau sakit. Masyarakat dan pemerintah dalam melakukan pembinaan dan pembangunan secara masif harus melibatkan perempuan," kata Mamay yang juga dosen IAIN Syekh Nurjati tersebut.
 
Kontributor: Ayub Al Ansori
Editor: Kendi Setiawan