Daerah

Long March PMII Unusia Tolak Perpecahan Usai Pemilu

NU Online  ·  Selasa, 30 April 2019 | 17:30 WIB

Long March PMII Unusia Tolak Perpecahan Usai Pemilu

Aksi PMII Unusia, Selasa (30/4).

Jakarta, NU Online
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (PMII Unusia) Jakarta mengadakan long march dan aksi damai, Selasa (30/4).

Long march dimulai dari kampus Unusia Matraman hingga Kantor Pusat Komisi Pemilihan Umum. Sebanyak 50 kader PMII Unusia menyampaikan kegelisahan masyarakat khususnya di tubuh mahasiswa terkait dengan kegaduhan usai Pilpres 2019.

Koordinator aksi, Haidar mengatakan sebelum mengadakan aksi, terlebih dahulu mereka mengadakan kajian untuk mengurai apa saja yang menjadi duduk persoalan. Hasilnya, kegelisahan yang terjadi di masyarakat yang ditimbulkan oleh para elit politik yang tidak bertanggung jawab menyebarkan berita hoaks.

Kegaduhan semacam ini ditakutkan menimbulkan polarisasi yang tidak berkesudahan, dan bahkan sampai pada perpecahan di antara warga Indonesia.

"Padahal, sesuai dengan amanat Undang-undang 1945, berdasarkan pembukaan UUD 1945 yang terdapat pada paragraf keempat yang berbunyi 'memajukan kesejahteraan umum' dan 'perdamaian abadi'. Dari poin ini jelas bahwa pascapemilu para elit politik nyatanya banyak yang mencederai isi pembukaan UUD 1945 tersebut karena egoismenya masing-masing," kata Haidar.

Akibatnya, lanjut Haidar, masyarakat banyak mengalami permusuhan hanya karena berbeda pilihan politik. Hal semacam ini tentu tidak bisa dibiarkan secara berlarut-larut.

Pun demikian, usai pilpres menelan nyawa sebanyak 300 lebih penyelenggara pemilu baik tingkat desa sampai daerah karena kewalahan, terkuras energi, pikiran, dan tenaganya.

"Harapan kami, minimal dari pihak penyelenggara mampu meredam gejolak yang digiring para elit politik yang menganggap KPU tidak punya elektabilitas lagi. Di samping memang pihak KPU harus tetap bertanggungjawab atas meninggalnya para pahlawan demokrasi," katanya.

Pihaknya meminta semua pihak mampu menghentikan perpecahan dan termakan isu yang dibawa oleh para elit politik demi kepentingan kekuasaan.

Aksi diakhiri dengan doa bersama untuk para penyelanggara pemilu yang sudah berjuang agar pemilihan berjalan dengan baik, adil dan jujur. (Dwi Putri/Kendi Setiawan)