Daerah

LPBINU Latih Anak-Anak Kenali Bencana dan Tindakan Usai Bencana 

Jum, 2 Agustus 2019 | 01:00 WIB

LPBINU Latih Anak-Anak Kenali Bencana dan Tindakan Usai Bencana 

Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) melakukan sosialisasi.

Jakarta, NU Online
Keterlibatan Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) dalam Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (EDT) Tsunami 2019 yang berlangsung sejak 12 Juli dan akan berakhir pada 17 Agustus 2019. Kini memasuki segmen kedua untuk wilayah DIY-Jawa Tengah (Jateng).
 
Beberapa desa di wilayah pesisir pantai di kabupaten Gunung Kidul yang menjadi lokasi pertama yang disinggahi tim EDT adalah Sidoharjo, Tepus, Purwodadi, Balong, Jepitu, Tileng, Pucung, Songbanyu, Giricahyo, Giripurwo, Giriwungi, Girikarto, Girijati, Krambil, Kanigoro, Kemadang, Banjarejo dan Ngestirejo.
 
Berdasarkan temuan di lapangan, beberapa sekolah dan pesantren hanya berjarak 2 kilometer dari pantai, dan belum ada rambu evakuasi. Selain itu beberapa pihak sekolah maupun pesantren mengaku sebelumnya belum ada sosialisasi maupun simulasi terkait bencana.
 
“Untuk mengurangi risiko bencana, sangat penting mengajak pihak sekolah atau pesantren agar mulai melatih anak-anak untuk memahami mitigasi bencana,” kata Zuliati dari LPBINU Pusat, Kamis (1/8). 
 
Zuli menuturkan, masyarakat tidak perlu khawatir jika ada potensi rawan bencana tsunami di pesisir Jawa bagian selatan. Mulai saat ini sekolah atau pesantren harus membuat pelatihan agar para guru dan pelajar menyadari ancaman bencana.
 
“Beberapa sekolah dan pesantren seperti Pesantren Al-Azhar Desa Karangsari menyadari bahwa lokasinya termasuk paling rawan tsunami karena paling dekat dengan pantai,” kata Zuli kepada NU Online
 
Zuli mengungkapkan bahwa pengetahuan yang memadai mengenai bencana dan tindakan pasca-bencana mutlak dimiliki masyarakat Indonesia.
 
“Oleh karena itu sosialisasi dan simulasi tentang Pengurangan Risiko Bencana atau PRB tidak hanya menyasar para pelajar, juga guru karena menjadi sosok penting dalam mengurangi jatuhnya korban saat bencana terjadi,” jelasnya. 
 
Dirinya berharap dengan adanya sosialisasi dan simulasi ini, para guru dapat mengintegrasikan pendidikan kebencanaan ke dalam kegiatan ekstrakurikuler bahkan ke mata pelajaran. 
 
“Mulai dari memberikan pemahaman kepada siswa tentang jenis bencana, mitigasi bencana, dan tindakan pasca-bencana,” ungkapnya
 
Sementara itu, pimpinan Pondok Pesantren Al-Azhar, Kiai Muaddib Mahfudz mengaku LPBINU adalah lembaga pertama yang melalukan sosialisasi dan simulasi tentang PRB. Oleh karenanya ia menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada LPBINU dan seluruh tim EDT 2019. (Ibnu Nawawi)