M Jazil, Penyandang Disabilitas Juara Hafidz Al-Qur’an se-Tapal Kuda
NU Online · Jumat, 8 Mei 2015 | 14:03 WIB
Probolinggo, NU Online
Allah SWT memberi kemampuan besar di balik kekurangan fisik Muhammad Jazil, seorang pemuda asal desa Pohsangit Tengah, Wonometro, Probolinggo. Kekurangan itu tidak menghalangi dirinya menghafal 30 juz Al Qur’an. Ia bahkan mampu menjadi juara MTQ se-Tapal Kuda yang digelar di Probolinggo beberapa waktu lalu untuk kategori hafidz 30 juz.
<>
Dalam MTQ se-Tapal Kuda, pemuda kelahiran 12 Januari 1992 dinobatkan sebagai juara MTQ (Musabaqoh Tilawatil Qur’an) se-Tapal Kuda yang digelar Jam’iayul Qurra’ wal Huffadz (JQH) Proboliggo di Hasan Center Kecamatan Dringu, Ahad (3/5) lalu.
M Jazil menjadi juara di MTQ itu untuk kategori Tahfidzil Qur’an 30 juz. Jazil berhasil menyisihkan 60 peserta. Atas prestasi itu, Jazil menerima kalungan medali emas. Prestasi yang ditorehkan M Jazil ini tentu pencapaian luar biasa. Sebab, ia seorang panyandang tuna netra. “Sejak lahir saya sudah tidak melihat,” ungkapnya, Jum’at (8/5).
Jazil mengaku tertarik untuk menghafal Al-Qur’an sejak usia menginjak usia 9 tahun. Di usianya saat itu, tidak banyak aktivitas yang ia jalani di rumahnya. Waktunya paling banyak dihabiskan dengan mendengarkan radio.
Dengan indra penglihatan yang gelap gulita, maka pendengaran menjadi teman setianya. Tapi, yang didengar Jazil bukan sembarang program radio. Sebab jelang Maghrib, Jazil memilih mendengar program tilawatil Qur’an. Dari kebiasaannya itu, ia mulai tertarik untuk menghafal Al-Qur’an. “Dari pada tidak ada kegiatan lain,” jelas pemuda 23 tahun ini.
Ketertarikan itu berlanjut dengan usaha nyata. Setiap hari Jazil mendengar tilawatil Qur’an. Hasilnya, dalam satu tahun, Jazil sudah mampu menghafal 15 juz Al-Qur’an. “Saya belajar sendiri. Mendengar lalu mengulang sampai akhirnya hafal,” kata putra bungsu pasangan M Imam dan Siti Fatimah ini.
Kemampuan Jazil menghafal Al-Qur’an disadari betul oleh orang tuanya. Imam dan Siti Fatimah pun mendukung. Pada tahun 2008, Jazil dikirim menuntut ilmu di pesantren Nurul Huda Al-Basori di desa Muneng Kidul, Sumberasih.
Di pesantren itu, Jazil semakin termudahkan meneruskan usahanya menghafal Al-Qur’an. Jika sebelumnya hanya bisa berlatih dengan mendengar radio di jam-jam tertentu, di pesantrennya, Jazil bisa berlatih kapanpun. Terlebih, di pesantren, Jazil diberi fasilitas berupa tape recorder, lengkap dengan kaset Tilawatil Qur’an 30 juz.
Allah SWT memang memberi kekuatan memori luar biasa pada M Jazil. Walau tidak bisa melihat, ia mampu mengingat detil melalui pendengarannya. Dalam waktu 5 tahun saja, Jazil sudah mampu menghafal 30 juz Al-Qur’an.
Ia menghafal setiap ayat demi ayat. Satu ayat didengarkan, lalu terus diulang-ulang hingga hafal. “Kalau yang mudah bisa langsung lima ayat saya hafalkan sekaligus,” terangnya.
Namun, proses menghafal yang dilakukan Jazil tidak berjalan liar begitu saja. Tetap ada yang mengawasinya dari pesantren. Setiap hari Jazil wajib menyetor ayat demi ayat yang dihafalnya sampai lengkap 30 juz.
Keseriusan Jazil membawa hasil besar. Pada 5 Januari 2013, ia dinyatakan lulus menghafal 30 juz Al-Qur’an. “Kalau tidak serius, mungkin tidak akan hafal,” katanya.
Proses ia menghafal Al-Qur’an setara dengan orang yang memiliki penglihatan sempurna. “Teman-teman juga 5 tahun menghafal Al Qur’an. Sama dengan saya,” katanya.
Ia menitipkan pesan kepada orang-orang di sekitarnya. Jika dirinya yang memiliki keterbatasan fisik mampu menghafal 30 juz Al-Qur’an, maka orang yang normal penglihatanya juga pasti bisa. “Semoga semakin banyak penghafal Al Qur’an di Kabupaten Probolingo,” jelasnya.
Prestasi sekaligus kemampuan besar yang dimiliki M Jazil ini pun mendapat perhatian besar JQH Probolinggo. Ketua JQH Probolinggo Ustadz Kholili menyatakan bahwa pihaknya akan membina M Jazil.
“Tujuannya agar pola hafalan yang bisa dilakukan Jazil dengan cepat itu bisa dibagikan kepada yang lain. Terutama mereka yang sama-sama memiliki keterbatasan fisik,” tegasnya.
Selama ini, kata Kholili, belum ada peserta MTQ Tingkat Jawa Timur dan Tapal Kuda yang menyandang tuna netra. “Ini kan menjadi support bagi masyarakat yang memunyai keterbatasan fisik untuk terus berprestasi,” tandasnya. (Syamsul Akbar/Alhafiz K)
Terpopuler
1
Innalillahi, Nyai Nafisah Ali Maksum, Pengasuh Pesantren Krapyak Meninggal Dunia
2
Keutamaan Bulan Muharram dan Amalan Paling Utama di Dalamnya
3
Innalillahi, Buya Bagindo Leter Ulama NU Minang Meninggal Dunia dalam Usia 91 Tahun
4
Sosok Nabi Daniel, Utusan Allah yang Dimakamkan di Era Umar Bin Khattab
5
Waketum PBNU Jelaskan Keistimewaan Belajar di Pesantren dengan Sanad
6
Khutbah Jumat: Menyadari Hakikat Harta dan Mengelolanya dengan Baik
Terkini
Lihat Semua