Daerah

Madrasah Ini Peringati Kemerdekaan dengan Lomba Baca Kitab

Sel, 20 Agustus 2019 | 03:00 WIB

Madrasah Ini Peringati Kemerdekaan dengan Lomba Baca Kitab

Peserta lomba memeriahkan kemerdekaan di MTs Plus Sabilunnajah.

Kendal, NU Online
Tidak seperti umumnya masyarakat yang mengadakan peringatan hari kemerdekaan banyak diwarnai dengan berbagai perlombaan sejenis games motivation yang menarik.
 
Madrasah Tsanawiyah (MTs) Plus Sabilunnajah Desa Penjalin, Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal, Jawa Tengah justru memadukan perlombaan dengan keterampilan dasar pesantren. 
 
Kepala MTs Plus Sabilunnajah Moh Khusen mengatakn hal tersebut sebagai bagian dari usaha memacu kompetensi dan prestasi siswa. "Kali ini kita coba semacam olimpiade. Jadi, di samping ada permainan, juga ada perlombaan yang bersifat atletik dan akademik. Intinya untuk memacu kompetensi siswa," kata Khusen, Senin (19/8).
 
Khusen melanjutkan perlombaan yang dimaksudkan di antaranya; futsal, baca kitab kuning Safinatunnajah untuk kelas 9 dan Akhlakul Lilbanin bagi kelas 8, cerdas cermat.
 
"Ada yang bernuansa akademik dan atletik. Termasuk lomba tarik tambang dan balap helm. Jadi belum bisa disebut olimpiade," terangnya.
 
Ketua panitia kegiatan, Aulia Nur Lita mengakui kegiatan tersebut sebagai hal baru yang mana biasanya hanya berisi lomba non akademik yang bersifat permainan keakraban model out bond, berubah menjadi beraroma kompetisi.
 
"Jenis perlombaan kali ini lebih fresh karena mencakup dua bidang, akademik sekaligus non akademik," ungkapnya. 
 
Lewat kegiatan ini, lanjutnya, siswa diberi pemahaman bahwa perlombaan yang diadakan tidak hanya untuk sekadar bersenang-senang, tapi untuk lebih memaknai perjuangan yang diwujudkan lewat kegiatan perlombaan. Karenanya ia mengibaratkan euforia kemerdekaan sebagaimana kemenangan dalam lomba.
 
Lomba cerdas cermat, sambungnya, disebut Sabilunnajah Most Wanted dengan maksud menunjukkan pada siswa tentang pelajar Sabilunnajah yang ideal. Yakni siswa dengan kriteria mempunyai kompetensi yang dilombakan.
 
"Selain berakhlak terpuji, Sabilunnajah Most Wanted harus pandai dalam sejarah, terutama yang berkaitan dengan masalah NU," jelasnya.
 
Lebih lanjut, guru mata pelajaran IPA ini mengakui banyak hal yang perlu diperbaiki untuk kegiatan selanjutnya. "Ini masih tahun pertama kita ubah bentuk lombanya. Jadi masih perlu perbaikan. Nanti setelah kita evaluasi, tentunya akan kita upayakan perbaikan seperlunya, baik dari sisi konsep, pelaksanaan maupun target," jelasnya.
 
Sementara Ketua Yayasan Sabilunnajah Kiai Mandzur Labib menyatakan apresiasinya atas kegiatan. Menurutnya, hal tersebut sebagai langkah maju dalam memacu para siswa. "Inovasi yang bagus harus didukung. Yayasan sangat menghargai dan berterima kasih untuk itu," tuturnya.
 
Gus Labib, sapaan akrabnya, melanjutkan, inovasi sesuai dengan karakteristik Nahdlatul Ulama. Yakni melestarikan sesuatu yang relevan dan mengakomodir hal baru yang lebih relevan. 
 
"Sesuai kaidah NU yakni al-muhafadzatu alalqadimis shalih wal akhdzu bil jadidilashlah. Kalau menurut almghfurlah KH Hasyim Muzadi malah sudah bil ajdadil ashlah. Jadi sudah semestinya banyak hal baru yang relevan untuk perbaikan," pungkasnya. (Rifqi Hidayat/Ibnu Nawawi)