Daerah

Mahasiswa Ahli Thariqah Lakukan Pendalaman Organisasi

NU Online  ·  Ahad, 6 Mei 2018 | 12:15 WIB

Sidoarjo, NU Online
Para pemuda yang terhimpun dalam Suluk Matan atau Sultan 1 mengikuti kaderisasi formal Mahasiswa Ahlit Thariqah Al-Mutabarah An-Nahdliyyah (Matan). Sejumlah 50 sohib, sapaan kepada kelompok ini mengikuti pendalaman terkait organisasi tersebut di Pondok Pesantren Hikmatul Huda, Kedungcangkring Jabon, Sidoarjo, Jawa Timur. 

Sultan 1 merupakan suatu proses pengkaderan awal untuk mengenal organisasi Matan. Kegiatan yang bertemakan Thariqah dan Aswaja sebagai Pondasi Arah Gerak dalam Beragama, Bermasyarakat dan Berbangsa ini bertujuan agar mahasiswa lebih paham akan tugas pokok dan fungsinya berjalan dengan landasan Aswaja yang kuat.

"Dengan Sultan 1 ini kami berharap, agar mahasiswa, terutama kader Matan semakin baik dalam memahami dan menjalankan perannya dalam membangun masyarakat,” kata M Sirojul Chakim Syafii, Sabtu (5/5). 

Selama kegiatan, peserta mendapatkan materi yaitu Aswaja, leadership, ratibul haddad, Matan dan thariqah. “Acara diakhiri dengan berdoa oleh penasihat Matan Sidoarjo, yaitu Gus Mif,” kata Ketua Matan Sidoarjo tersebut.

Menurutnya, materi yang diberikan kepada sohib Matan tersebut tidak lepas dari konseptualisasi nilai yang ada dalam thariqah dan tasawuf. “Adapun nilai-nilai tersebut terkandung dalam lima hal yang disebut sebagai lima asas pokok landasan organisasi. Yaitu tafaqquh fiddin, iltizamut thaat, tazkiyatun nafsi, hifdzul aurad wal adzkar dan khidmah lil ummah,” terangnya.

Tafaqquh fid din adalah semangat pergerakan yang didasarkan pada pengasahan kemampuan dan ketajaman intelektual para anggota Matan. “Hal tersebut dalam upaya meningkatkan kualitas sumbar daya manusia seutuhnya di seluruh cabang ilmu pengetahuan, tanpa adanya pemisahan antara ilmu agama dengan ilmu umum,” jelasnya. Karena menurut keyakinan Matan, bahwa semua ilmu bersumber dari Yang Maha Mengetahui, yaitu Allah SWT, lanjutnya. 

“Sedangkan iltizamut thaat adalah semangat pergerakan mahasiswa yang didasarkan ketaatan kepada Allah SWT sebagai Tuhan pencipta, pembimbing dan pendidik manusia,” katanya. Kemudian kepada baginda Rasul Muhammad SAW selaku pembawa risalah kebenaran dan panutan umat manusia. Serta kepada ulil amri, yaitu ulama dan umara, lanjutnya.

Untuk tazkiyatun nafsi yaitu semangat pergerakan yang didasarkan upaya pembersihan dan pensucian diri. “Baik lahiriyah maupun batiniyah dari segala bentuk sifat dan perbuatan yang tidak baik,” ungkapnya.

Dan berikutnya, hifdzul aurad wal  adzkar. “Adalah semangat pergerakan yang didasarkan atas upaya menjaga keseluruhan waktunya diniatkan untuk beribadah kepada Allah SWT dengan mendatangkan kemanfaatan, Juga kebaikan dan pahala, baik untuk diri sendiri, orang lain maupun masyarakat luas yakni bangsa dan negara,” tegasnya.

Dan terakhir, khidmah lil ummah. “Yaitu semangat pergerakan untuk memberikan darma bakti kepada umat manusia, kepada bangsa dan negara sebagai wujud pengabdian kepada Allah SWT secara menyeluruh,” pungkasnya. (Red: Ibnu Nawawi)