Daerah

Majalah Bangkit Suarakan Merdeka Lahir Batin

NU Online  ·  Rabu, 21 Agustus 2013 | 09:49 WIB

Yogyakarta, NU Online
 Majalah Bangkit yang diterbitkan NU DIY pada edisi Agustus 2013 ini mengangkat tema tentang Merdeka Lahir Batin. Tema ini dipilih karena cita-cita kemerdekaan sekarang ini sudah makin melenceng, sehingga Indonesia makin jauh dari merdeka lahir dan merdeka batin.
<>
Demikian disampaikan oleh M. Nasrudin, Wakil Pemimpin Redaksi Bangkit, di Kantor PWNU DIY, Jl. MT Haryono 40-42 Yogyakarta (20/08).

Bagi Nasrudin, dalam mengangkat tema merdeka lahir batin ini, redaksi menurunkan tulisan para pakar, diantaranya Arie Sujito (sosiolog UGM yang juga anggota Komisi Politik PWNU DIY), Kiai Mustafid (Penulis Buku Kaderisasi PB PMII dan PP IPNU, sekarang Direktur Pesantren Pelajar Mahasiswa Aswaja Nusantara Mlangi Yogyakarta), dan tulisan lainnya.

“Dalam tulisan Arie Sujito dijelaskan bahwa tantangan kita saat ini dan ke depan adalah membangun kesadaran kolektif keindonesiaan sebagai bangsa dilandasi oleh ikatan ideologis dengan mendasarkan pada konsep negara berkembang. Ancaman nasionalisme dan integrasi bangsa Indonesia sebagai negara berkembang adalah, ketika negara mengabaikan problem-problem struktural masyarakat akibat terlalu melayani kemauan kaum borjuasi internasional. Itulah bibit-bibit terjadinya disintegrasi bangsa,” tegasnya.

Makanya, lanjutnya, Arie Sujito menjelaskan bahwa Secara praksis, kita perlu melawan sekaligus menghentikan bermacam tindakan penguasa, yang seolah mewakili negara dengan dalih konstitusional, ternyata menggadaikan kekayaan negeri ini (sebagai bagian kekuatan bangsa) pada kaum kapitalis internasional.

“Makin hilangnya sumber daya alam ini yang dieksploitasi mengakibatkan ketidakadilan, marginalisasi berlangsung secara terus-menerus. Semua itu membuat bangsa ini makin karut-marut dan krisis berkepanjangan. Inlah tantangan serius, akar struktural mengapa krisis nasionalisme terjadi di negeri ini,” lanjtnya menjelaskan gagasan Arie Sujito.

Sementara itu, lanjut Nasrudin, tulisan dari Kiai Mustafid menjelaskan NU itu mewakili tradisi perlawanan ratusan tahun terhadap kekuasaan kolonial Belanda, dengan kedudukan mandiri, bebas, dan terdesentralisasi pada masyarakat pedesaan yang para kiainya orang-orang paling berpengaruh dan tak diperintah siapapun.


“Dalam tulisan Kiai Mustafid disimpulkan bahwa kristalisasi semangat dan gerak zaman telah menjadikan NU sebagai ikon sosial, budaya, dan agama di Indonesia, yang menjulang, seperti zamrud katulistiwa. Sejauh mata memandang (Indonesia) NU jualah yang nampak,” lanjutnya.   

Selain itu, juga dilengkapi banyak rubrik yang menarik, diantaranya biografi KH Mufid Mas’ud, Pendiri Pesantren Pandanaran, Sleman, sosok kiai yang selalu teguh menjaga tali silaturrahim, ada juga resolusi jihad pertanian yang sedang digaungkan Lembaga Pengembangan Pertanian NU DIY, dan ada juga spirit berwirausaha pengusaha muda NU, Taufiq, dalam mengembangkan batik.

“Semua ini suguhkan sebagai wujud manifestasi Bangkit merespon perkembangan jaman,” pungkasnya.


Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Rokhim