Daerah SEWINDU HAUL GUS DUR

Majelis Tawassul Al-Muniriyah Ziarahi Makam Pendiri NU

Kam, 28 Desember 2017 | 17:31 WIB

Majelis Tawassul Al-Muniriyah Ziarahi Makam Pendiri NU

Rombongan di Makam Syikhona Kholil Bangkalan

Bogor, NU Online
Sewindu Haul Gus Dur yang jatuh pada akhir Desember 2017 dirayakan oleh berbagai lapisan masyarakat, termasuk oleh jamaah Majelis Tawassul dan Dzikir Al-Muniriyah, Kabupaten Bogor.

Pembina Majelis Tawassul dan Dzikir Al-Muniriyah, Ahmad Fahir dalam rilis yang dikirim ke redaksi NU Online, Rabu (27/12) mengatakan, pihaknya menyambut ewindu haul Sang Guru Bangsa dengan menyelenggarakan perjalanan spiritual melalui ziarah Jawa-Madura, pada 22 hingga 26 Desember, yang diikuti tujuh orang jamaah.

Fahir mengatakan, pihaknya menziarahi sejumlah makam ulama, yakni guru para pendiri Nahdlatul Ulama, Hadratus Syaikh Kholil, Bangkalan, Madura, Mursyid Thorikoh Qodiriyah Naqsabandyah Surabaya, KH Asrori Al-Ishaqi, dan pendiri NU, Syaikh Wahab Chasbullah, Pesantren Tambakberas, Kabupaten Jombang.

Selanjutnya, menziarahi makam Gus Dur, founding father Indonesia, KH Wahid Hasyim, dan pendiri NU, Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari di komplek Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Gus Mik dan Rais Am PBNU 1984-1991, KH Achmad Shiddiq di Kampung Aulia, Ngadi, Ploso, Kabupaten Kediri.

“Program ziarah ini dalam rangka menyambut haul Gus Dur dan napak tilas ke makam para ulama NU dan tokoh thorikoh di Jawa Timur,” ujar Fahir.

Selain ziarah ke makam para wali, jamaah Al-Muniriyah juga menziarahi makam bapak proklamasi Indonesia, Bung Karno, di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, dan makam Raden Fatah, pendiri Kesultanan Demak, di Masjid Agung Demak, Jawa Tengah.

Ketua Majelis Tawassul dan Dzikir Al-Muniriyah yang juga Ketua Panitia Ziarah Jawa-Madura, Ustadz Tri Hadi Siswanto mengutarakan, program ziarah ke makam para ulama besar merupakan agenda rutin yang digagasnya setiap bulan.

“Biasanya setiap bulan kami ziarah rutin ke makam-makam syaikh di wilayah Bogor. Dua bulan sekali ziarah ke makam-makam keramat di Jawa Barat, Banten dan Jakarta. Dan dalam enam bulan sekali ke Jawa Tengah dan Jawa Timur,” ujar Hadi.

Selain ziarah, sambung Tri Hadi yang juga alumnus Pesantren Daarul Rahman Bogor, perjalanan Majelis Al-Muniriyah ke Jawa - Madura juga diisi dengan tawajjuh alias bersilaturrahmi dengan mursyid di Mranggen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

Penasihat Majelis Tawassul dan Dzikir Al-Muniriyah, Ustadz Jufri Sholeh menambahkan, ziarah Jawa-Madura dilakukan sebagai upaya napak tilas perjuangan para ulama dalam mendirikan NU, mengembangkan thoriqoh dan mendirikan NKRI.

“Para ulama NU memiliki andil sangat besar dalam mendirikan dan menjaga NKRI. Ziarah yang kami lakukan sebagai wujud syukur atas perjuangan beliau-beliau, sehingga NKRI masih berdiri kokoh dan damai hingga sekarang,” ujar Jufri, warga Desa Mekarsari, Kecamatan Rancabungur.

Ziarah juga memiliki arti sebagai wujud membangun rabithah alias ikatan batin yang kiat antara jamaah Al-Muniriyah dengan para syaikh yang didatangi.

“Dalam dunia thoriqoh, rabithah antara seorang murid dengan guru sangat penting. Kegiatan ziarah, haul atau tawassul sebagai cara untuk menjaga rabithah dengan guru, guna mencapai makrifat kepada Allah,” demikian Ustadz Jufri Sholeh. (Ahmad Fahir/Kendi Setiawan)