Daerah

Makam Habib Husin, Destinasi Wisata Religi di Jambi yang Dikunjungi Turis Mancanegara

Rab, 1 November 2023 | 07:00 WIB

Makam Habib Husin, Destinasi Wisata Religi di Jambi yang Dikunjungi Turis Mancanegara

Tampak depan makam Habib Husin di Kota Jambi, Selasa (31/10/2023). (Foto: NU Online/Syarif)

Jambi, NU Online

Bagi Muslim, berkunjung ke Provinsi Jambi akan terasa lebih lengkap jika berkunjung ke makam keramat Al-Habib Husin bin Ahmad Baragbah di TPU Arab Melayu di Kelurahan Tatul Yaman, Kecamatan Pelayangan, Kota Jambi. Makam Habib Husin ini terletak di pinggir sungai Batanghari dan bisa dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. 


Untuk menuju ke makam Habib Husin, peziarah bisa menyeberang dari jembatan auduri 2 lalu belok ke kanan dan terus berkendaraan hingga sampai di Kelurahan Tatul Yaman lalu tanya ke masyarakat sekitar lokasi makam Habib Husin. 


Makam tersebut berada kurang lebih 200 meter dari jalan utama, tepat berada di belakang kantor Lurah Tahtul Yaman atau di samping SD Negeri 10/IV Kota Jambi.


Di depan pintu makam terdapat tulisan keterangan makam Habib Husin dan di sisi kiri makam ada bangunan kecil tempat keturunan Habib Husin berkumpul. Informasi tentang Habib Husin bisa ditanyakan kepada penjaga tersebut. Mereka akan menjelaskan secara rinci silsilah Habib Husin.


Saat berkunjung ke makam Habib Husin, kami disambut Ketua Kepengurusan TPU Keramat Tuanku Tambak Al-Habib Husin bin Ahmad Baragbah bernama Sayid Rofiq bin Muhammad Al-Muhdor di depan gapura pintu makam. "Habib Husin ini asalnya dari Hadramaut Yaman Selatan, tahun 1138 H masuk ke Jambi," jelasnya, Selasa (31/10/2023).


Menurut Sayid Rofiq, Habib Husin lahir di akhir abad ke-11 hijriah, sekitar tahun 1095 H (1683 M) di Tarim, Yaman.


Sejak dini, Habib Husin sudah mulai belajar mengaji dan menghafalkan Al-Qur'an serta belajar fiqih kepada ayahnya serta guru lainnya seperti Al Imam Al Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad.


Setelah memiliki ilmu, Habib Husin bersama saudaranya Habib Zein melakukan perjalanan ke India, Habib Zein menetap di India. Sementara Habib Husin melanjutkan perjalanan ke Indonesia. 


Dalam versi riwayat yang lain, kedatangan Habib Husin ke Nusantara tidak terjadi pada 1138 Hijriyah, melainkan terjadi pada abad ke-13-an hijriah. Saat itu Habib Husin singgah di Aceh, zaman dinasti sayid tepatnya Syarif Ibrahim Jamaluddin berkuasa. 


Secara nasab, Habib Husin bin Ahmad bin Abdurrahman bin Ahmad bin Abdurrahman bin Umar bin Abdurrahman bin Al-Imam Umar Baragbah bin Ahmad Al-Aksah bin Muhammad bin Assyaikh Abdullah Ba'alwi bin Alwi Al-Ghoyur bin Alfaqih Almuqoddam wal Kanzul Mutholsam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shohibul Mirdad bin Ali Kholi' Qosam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Al Imam Ahmad Al Muhajir bin Isa Arrumi bin Muhammad Annaqib bin Al Imam Ali Al Uraidhi bin Ja'far Ash-Shodiq bin Muhammad Albaqir bin Ali Zainal Abidin bin Husin Assibd bin Ali, ummuhum Fatimah.


"Beliau hijrah ke India lalu ke Kolombo atau Srilangka, mampir di Kedah Malaysia, masuk ke Nusantara lewat Aceh, masuk ke Palembang, punya istri dari keturunan bangsawan," bebernya. 


Habib Husain ketika awal datang ke Jambi awalnya berdagang lalu bisa diterima oleh masyarakat. Dari kegiatan tersebut orang tahu akhlaknya Habib Husin. Setelah diterima, baru mulai sedikit demi sedikit menyampaikan Islam.


Selama di Jambi, Habib Husin bertemu dengan banyak suku, salah satunya saudagar kaya keturunan Cina yang tinggal di tengah keluarga istana bernama Datuk Sintai. 


Tergerak hati Datuk Sintai untuk mengambil mantu Habib Husin untuk dinikahkan dengan putrinya bernama Nyai Resik. Selain Nyai Resik, Habib Husin juga menikah dengan putri seorang bangsawan. Sebelum ke Jambi, Habib Husin juga pernah nikah dengan putri bangsawan di Palembang. Total ada 13 putra dan 3 putri. 


"Sebagian riwayat mengatakan Habib Husin punya istri enam, 2 dari Syarifah, 3 dari Melayu, 1 dari China. Punya 13 anak lelaki dan 3 perempuan. Keturunan ini kemudian tersebar di Indonesia dan negara lain," imbuh Sayid Rofiq


Habib Husin bin Ahmad hidup sekitar 35 tahun di Jambi. Pada tahun 1173 H/1753 M, Habib Husin wafat di Kota Jambi.  Keturunan Habib Husin saat ini masih aktif syiar Islam dan tersebar di Jambi, Riau, Pontianak, Trengganu, Jakarta, Palembang, Semarang, Surabaya, Serawak, Kedah, Purbalingga, Banyuwangi, Makassar, Cirebon.


Setelah wafat, makam Habib Husin dikunjungi oleh berbagai tokoh dari Yaman, Turkiye, Malaysia dan negara lainnya. Setiap hari selalu ada peziarah yang datang untuk berdoa. 


Makam Habib Husin terkenal dengan nama makam keramat Tahtul Yaman. Saat ini menjadi salah satu destinasi wisata religi andalan Provinsi Jambi. Setiap tahun, saat perayaan haul Habib Husin dikunjungi oleh ribuan jama'ah dari berbagai daerah hingga mancanegara.


"Peziarah dari berbagai negara, baru saja dari Turkiye dan Yaman ke sini. Setiap hari ada peziarah. Kita selalu jaga di sini, agar makam Habib Husin tidak disalahgunakan," ungkapnya.


Karamah Habib Husin

Di antara karamah Habib Husin yaitu bisa menundukkan hewan buas. Sehingga patuh pada perintahnya. Hal ini diperkuat oleh adanya aurod yang diamalkan secara turun temurun oleh anak cucu dan murid Habib Husin. Murid habib Husin tersebar di Jambi dan mendirikan pondok pesantren.


Karamah lainnya, khusus di makam Habib Husin sering terjadi hal-hal yang bersifat khoriqul adat, salah satunya makam Habib Husin yang tidak pernah tersentuh oleh luapan air meskipun terjadi banjir yang besar dan berada tidak jauh dari sungai.


"Banyak sebenarnya karamah Habib Husin yang tidak kita masukkan ke buku manaqibnya. Masalah menundukkan hewan dan makam bebas banjir itu yang umum saja," tutup Sayid Rofiq.